|
Senggigi Beach, Lombok, 2013 |
Negara ini dibangun oleh keberagaman yang telah ada tanpa menafikan sekecil apapun komponennya. Semua memiliki tempat yang sama dan sejajar. Bahasa melayu sebagai dasar bahasa indonesia merupakan bahasa sederhana perniagaan yang telah dipakai dari Sumatera sampai Maluku. Bila para pemuda yang sedang konggres tahun 1928 tidak cerdas dan egois, ada kemungkinan bahasa jawa dipakai sebagai bahasa indonesia. Akan tetapi beliau semua yang sedang berkumpul adalah insan-insan cerdas dan sangat mengerti tentang negaranya sendiri. Sehingga terpilihlah bahasa melayu sebagai akar bahasa indonesia dengan pertimbangan persebaran yang luas dan kesederhanaan strukturnya.
Salah satu perusak rasa kebangsaan adalah penyakit akut sistem pemerintahan yaitu korupsi. Mengapa korupsi sulit dibasmi? Salah satunya mungkin disebabkan oleh kesalahan sistem pendidikan formal dan informal dalam masyarakat. Orang tua akan merasa bangga apabila anak kesayangannya mendapatkan ranking di sekolah tanpa mau tahu tentang bagaimana proses pencapaiannya. Hasil lebih dihargai daripada proses. Anak-anak tidak dibekali tentang ilmu mempertahankan hidup dan kehidupan tetapi hanya dicekoki raganya. Siswa kurang dibekali tentang bagaimana cara menyampaikan ide, mempertahankan pendapat dan menentukan proses kehidupan. Akhirnya seperti yang terjadi saat ini, banyak komponen menyederhanakan urusan walaupun sudah mengetahui bagaimana prosedur yang harus dilalui. Inilah cikal bakal niat korupsi. Menurut bang napi, kejahatan merupakan perkawinan antara niat dan kesempatan.
Disamping itu, penyakit lainnya adalah inkonsistensi dan tidak berkesinambungan perencanaan jangka panjang. Inkonsistensi tindakan para penentu kebijakan terhadap perencaan dan implementasi pembangunan. Tangannya laksana menawarkan madu dan racun kepada rakyat yang telah memilih mereka. Madu ditawarkan saat musim kampanye datang dan racun disebar saat rakyat menagih madu tersebut. Mengapa kita sulit menyusun perencanaan jangka panjang negara tercinta? Mungkin karena kita tidak mengenali benar apa potensi dan masalah negaranya. Setiap tahap pemerintahan sulit menetapkan apa tujuan di akhir masa jabatan mereka. Seringkali tujuan tersebut bersifat abstrak, sehingga saat membacakan laporan pertanggunjawaban akan banyak kata “peningkatan” untuk memperlihatkan seolah-olah “keberhasilan” nya.
|
Pantai Air Manis, Padang, 2011 |
Visit web http://www.indonesia.travel/id/destination/183/pantai-air-manis
Salah satu yang seolah-olah “berhasil” adalah sektor pariwisata. Terdapat banyak potensi pariwisata di Indonesia, diantaranya adalah keindahan alam, peninggalan kebudayaan, cuaca yang hangat sepanjang tahun dan lain-lain. Akan tetapi itu semua kurang pengelolaan, ketidaktersediaan infrastruktur penunjang dan promosi. Promosi masih mengandalkan dari mulut ke mulut para wisatawan yang pernah berkunjung. Sulitnya sarana transportasi untuk mencapainya. Kita sangat bangga bahwa kita adalah bangsa yang ramah. Akan tetapi terkadang kita kurang ramah kepada orang yang masih asing.
Kembali ke topik awal, where’s our nation? Sebetulnya garuda ada di dada kita masing-masing yang mengaku berdarah merah putih. Dengan dapat melihat segala potensi dan masalahnya dengan baik, maka kita dapat mencari dari titik mana untuk menyelesaikannya.