Showing posts with label The Day. Show all posts
Showing posts with label The Day. Show all posts

Saturday, 12 July 2014

culinary

Junk food, 2008 #almarhumPakSadputro

Menjemur kerupuk di kampung nelayan Sukolilo, 2008
Menjemur kerupuk di kampung nelayan Sukolilo, 2008

"Lupa" apa ya ini, Bali, 2009

Setelah rafting, Probolinggo, 2005

Lunch at Climate Change Conference, Sanur-Bali, 2008

Ultahnya siapa ya? Ultahku apa Tatat ya? Ato makan siang di lab? Desember 2011

Ikan goreng RM Jenggolo, 2011

Tandas - RM Jenggolo, 2011

Sambal, RM Jenggolo, 2011

Polo pendem suguhan ibu-ibu PKK Dinoyo Tenun, 2012
Makan malam lesehan di taman jalan Udayana, Mataram, 2013

Nasi jagung, urap-urap, ayam bakar, 2013
Tumpeng ultah Tatat, 2012 ato 2013?
Nasi pecel kertajaya, 2014
Durian, the best food in the world, dari sawah bapak di Kasembon, 2013
Sarapan sehat di Atlas Sport Center, 2014
Sarapan di pasar Citraland -cumi, pete, cambah, dan nasi padang-, 2014
Masakan Arina Hayati pada syukuran kelulusan, 2014



Friday, 11 July 2014

Beliau bahagia ketika menciptakan Pulau Sumatera

Pulau Angsa Duo, Pariaman, Sumatera Barat, 2011


Pulau Angsa Duo, Pariaman, Sumatera Barat, 2011
http://jalan2.com/city/pariaman/pulau-angso-duo/
http://travel.detik.com/readfoto/2014/05/29/153500/2542758/1026/pulau-angso-duo-perawan-dari-pariaman
http://travel.detik.com/readfoto/2014/03/12/175000/2516647/1026/1/pulau-angso-duo-di-pariaman-bukan-main-indahnya
http://www.pelangiholiday.com/2013/10/pulau-anso-duo-dan-wisata-religi.html

Pantai Air Manis, Padang, 2011
Jembatan Akar, Pesisir Selatan, 2011
 http://www.pesisirselatankab.go.id/artikel/20/melihat-tiga-jembatan-akar-di-pessel.html
 http://ensiklopediaindonesia.com/wisata-indonesia/wisata-alam-indonesia/jembatan-akar-pohon-pesisir-selatan-sumatera-barat/
http://m.liputan6.com/news/read/32480/jembatan-akar-wisata-andalan-kabupaten-pesisir-selatan


Pelabuhan Muaro Padang, 2011

Big Smile, 2011
Kapal Mentawai, Padang, 2011

Where's our nation?


Senggigi Beach, Lombok, 2013

Negara ini dibangun oleh keberagaman yang telah ada tanpa menafikan sekecil apapun komponennya. Semua memiliki tempat yang sama dan sejajar. Bahasa melayu sebagai dasar bahasa indonesia merupakan bahasa sederhana perniagaan yang telah dipakai dari Sumatera sampai Maluku. Bila para pemuda yang sedang konggres tahun 1928 tidak cerdas dan egois, ada kemungkinan bahasa jawa dipakai sebagai bahasa indonesia. Akan tetapi beliau semua yang sedang berkumpul adalah insan-insan cerdas dan sangat mengerti tentang negaranya sendiri. Sehingga terpilihlah bahasa melayu sebagai akar bahasa indonesia dengan pertimbangan persebaran yang luas dan kesederhanaan strukturnya.

Salah satu perusak rasa kebangsaan adalah penyakit akut sistem pemerintahan yaitu korupsi. Mengapa korupsi sulit dibasmi? Salah satunya mungkin disebabkan oleh kesalahan sistem pendidikan formal dan informal dalam masyarakat. Orang tua akan merasa bangga apabila anak kesayangannya mendapatkan ranking di sekolah tanpa mau tahu tentang bagaimana proses pencapaiannya. Hasil lebih dihargai daripada proses. Anak-anak tidak dibekali tentang ilmu mempertahankan hidup dan kehidupan tetapi hanya dicekoki raganya. Siswa kurang dibekali tentang bagaimana cara menyampaikan ide, mempertahankan pendapat dan menentukan proses kehidupan. Akhirnya seperti yang terjadi saat ini, banyak komponen menyederhanakan urusan walaupun sudah mengetahui bagaimana prosedur yang harus dilalui. Inilah cikal bakal niat korupsi. Menurut bang napi, kejahatan merupakan perkawinan antara niat dan kesempatan.

Disamping itu, penyakit lainnya adalah inkonsistensi dan tidak berkesinambungan perencanaan jangka panjang. Inkonsistensi tindakan para penentu kebijakan terhadap perencaan dan implementasi pembangunan. Tangannya laksana menawarkan madu dan racun kepada rakyat yang telah memilih mereka. Madu ditawarkan saat musim kampanye datang dan racun disebar saat rakyat menagih madu tersebut. Mengapa kita sulit menyusun perencanaan jangka panjang negara tercinta? Mungkin karena kita tidak mengenali benar apa potensi dan masalah negaranya. Setiap tahap pemerintahan sulit menetapkan apa tujuan di akhir masa jabatan mereka. Seringkali tujuan tersebut bersifat abstrak, sehingga saat membacakan laporan pertanggunjawaban akan banyak kata “peningkatan” untuk memperlihatkan seolah-olah “keberhasilan” nya.

Pantai Air Manis, Padang, 2011
Visit web http://www.indonesia.travel/id/destination/183/pantai-air-manis

Salah satu yang seolah-olah “berhasil” adalah sektor pariwisata. Terdapat banyak potensi pariwisata di Indonesia, diantaranya adalah keindahan alam, peninggalan kebudayaan, cuaca yang hangat sepanjang tahun dan lain-lain. Akan tetapi itu semua kurang pengelolaan, ketidaktersediaan infrastruktur penunjang dan promosi. Promosi masih mengandalkan dari mulut ke mulut para wisatawan yang pernah berkunjung. Sulitnya sarana transportasi untuk mencapainya. Kita sangat bangga bahwa kita adalah bangsa yang ramah. Akan tetapi terkadang kita kurang ramah kepada orang yang masih asing.

Kembali ke topik awal, where’s our nation? Sebetulnya garuda ada di dada kita masing-masing yang mengaku berdarah merah putih. Dengan dapat melihat segala potensi dan masalahnya dengan baik, maka kita dapat mencari dari titik mana untuk menyelesaikannya.

Monday, 28 September 2009

Teamlo

There were six funny guys of teamLo. Benjo, Wawan, Pangsit as lead vocal, Avis as drummer, Bobby as guitar, and Dondot as bassist. First, they were just student of the art school in Solo, central Java. Now, except they are the funny music band, also they have PT. Pabrik Ketawa TeamLo. They are really funny that the song recreated to be the parodi funny song.







I am fans of them about seven years ago since they had first performance in television. But it was just three episodes. I lost them. No information about them in news or tabloid. I think no body know. They showed up again in API - TPI at 2006. I was really like them that I never miss saw their show.





Now, the form of band consist of Wawan, Aa Jimmy (Argo), Kudil, Ade (as vocalists), Avis as drummer, Bobby as guitar, and Dondot as bassist. They are having regularly performance at Inbox SCTV at Monday to Friday on around 9 am.

Go teamlo......

Penderita Jantung

Ternyata terdapat perbedaan mendasar dari penderita jantung dari ITS dan Unair dalam menyikapi kehidupan keseharian mereka.

seorang dosen ITS yang juga merupakan penderita jantung sedang makan steak di resto bersama dengan teman-teman dan anak buahnya.
Bawahan : Makannya kok banyak sih pak? Hati-hati sama jantungnya lho pak. bapak harus diet.
Penderita: Tenang.. aku bawa obatnya kok. Jadi ada penawarnya. Tinggal minum obat sudah beres.

Sedangkan di lain tempat, seorang guru besar Unair yang juga menderita sakit jantung, sedang melakukan kunjungan ke luar kota bersama dengan koleganya. Dalam perjalanan pulang mereka mampir makan di restauran.
Kolega : Hati-hati pak. Ingat kemaren baru operasi jantung.
Penderita: Tenang... Aku lho sekarang sedang membawa dokter spesialis jantung no 1 di Surabaya, ahli bedah, ahli anestesi. Semua dokter yang dulu menangani aku, sekarang sedang bersamaku. Jadi terserah aku mau makan apa. Nanti kalau ada apa-apa kan cepat penanganannya.
Dengan tenang penderita jantung memesan steak ukuran large dan stmj. Semua koleganya hanya dapat memeprhatikan tingkah penderita tersebut sambil tersenyum.

Halah ... ayak-ayak wae.....

Permukiman pinggir rel KA di viaduk Kertajaya

Untuk memenuhi tugas kuliah tentang bentuk permukiman di sepanjang rel KA antara stasiun Gubeng sampai stasiun Wonokromo, maka diambil sampel permukiman di sebelah selatan viaduk Kertajaya. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa permukiman tersebut berdiri di atas tanah sempadan rel. Sebagian besar kerja di sektor informal seperti pedagang, buruh bangunan, buruh pabrik, penjaga toko, dan lain-lain. Disamping itu ada minimal dua fakta empiri yang menarik di sini.

Pertama, sebagian besar rumah tangga di sini adalah usia produktif dengan jumlah anak lebih dari tiga. Setelah selesai wawancara ternyata jawaban responden hampir seragam saat ditanyakan mengapa jumlah anak relatif banyak disini.
Yok opo arep gak akeh anak, mbak. Wong arep turu, gak sampe 10 menit wis ana sepur liwat maneh. Dadi ra tau turu angler. La terus ra iso turu, ate arep nyapo lek ra gawe anak. Oalah.. jawabane seragam kabeh.....

Kedua, adalah tentang sebuah rumah yang lebih megah dibanding sekitarnya.
Usia berapa?
berapa ya mbak.. mungkin dua puluh kali...
masak mbak?
kenapa? wajahku lebih tua ya... ya sih.. anu mbak aku udah 30 an..
pekerjaan?
apa ya mbak... informal wis..
maksudnya mbak?
ya ... informal...
tapi disini harus jelas informalnya mbak....
ya gimana mbak.. ditulis aja informal.
penghasilan perbulan?
berapa ya.. gak mesti mbak.. paling cuma 1 juta mungkin.
masak sih mbak. rumah mbak paling bagus diantara yang lain. apakah ini dari warisan atau pihak lain untuk membangunnya?
gak mbak. duwikku dewe yo... la iku mbak. karena informal akhire gak mesti penghasilanne.
nah balik soal informal. apa informal itu?
wis mbak .. tinimbang sampean ndesek ae. sampean tak kek i no telpon ku. trus engko lek ana kancane sampean sing butuh aku tinggal telpon aku ae. aku biasane mangkal neng pangsud mulai jam 10
ha ....
uppsss... kasihan

Do u understand?

Saturday, 26 September 2009

Yang Tertinggal dari Mudik 2009

Ada beberapa catatan yang tercecer dari acara mudik tahun ini.

Yang pertama, sepengetahuanku terjadi pengurangan posko mudik dibandingkan tahun lalu. Biasanya di restoran sepanjang Saradan - Madiun banyak terdapat posko mudik gratis yang disediakan minuman berenergi ataupun mie instan. Tetapi tahun ini posko tersebut juga tidak ada.

Yang kedua, terjadi penurunan tim pemantau arus dari stasiun tivi-tivi. Sepertinya mereka hanya menyediakan mobil yang terus bergerak dan tidak membuka pos sementara di sepanjang jalan. Tahun lalu ada mobil wartawan SCTV di Mojoagung (rumah makan padang). Di pertigaan Mreweng, Kertosono juga tidak ada mobil stasiun tv terparkir. Sepertinya mereka mengandalkan kerjasama dengan polisi untuk memantau arus mudik dan balik.

Yang ketiga, penurunan jumlah penumpang dan jumlah bus. Walaupun bus tetap penuh tetapi tidak sepenuh 2 tahun lalu. Dan jarak pergerakan antar bus semakin jauh, sehingga saya memperkirakan juga terjadi penurunan jumlah bus. Terbalik dengan kondisi ini, terjadi kenaikan yang cukup signifikan dengan jumlah sepeda motor. Dan jarang terlihat sepeda motor butut, mungkin maksimal berumur 10 tahun.

Ada yang lain?

Wednesday, 23 September 2009

Tips Mudik Aman dan Nyaman

Tips mudik aman dan nyaman selama liburan lebaran:

1. Pastikan kondisi rumah dalam keadaan aman
Dengan memastikan rumah dalam keadaan aman, maka kita dapat meninggalkan dengan nyaman juga. Usahakan rumah tidak terlihat kosong. Hal-hal yang patut diperhatikan adalah:
- Tidak ada api yang menyala
- Tidak ada kipas angin yang menyala
- Cabut stop kontak pompa air
- Ganti lampu teras dengan lampu otomatis
- Bersihkan teras
- Cabut telepon
- Pamit kepada tetangga atau satpam jaga. Tinggalkan nomor telepon anda pada mereka

2. Pastikan kondisi tubuh dalam kondisi fit
Pastikan seluruh anggota keluarga dalam kondisi bugar. Apabila menggunakan kendaraan pribadi, maka pengemudi harus dalam kondisi fit. Dalam minggu terakhir puasa, makanlah makanan yang bergizi untuk mendukung kebugaran fisik untuk mudik. Karena biasanya minggu terakhir puasa, asupan gizi terabaikan karena fokus untuk persiapan mudik dan lebaran

3. Cek kendaraan
Bagi pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi, baik roda 2 atau lebih, cek kendaraan anda di bengkel langganan (tune-up komplit, rem, ban, wiper, radiator, tali kipas/AC, aki, dll). Serta pastikan tool kits tersedia lengkap di mobil (dongkrak, tali derek, ban serep, kotak P3K, segitiga pengaman, kunci roda palang, senter,dll).

4. Packing dengan benar
Barang-barang yang dibtuhkan selama perjalanan letakkan di urutan paling atas atau mudah terjangkau agar tidak perlu membongkar packing selama perjalanan.

5. Nomor dan info penting yang harus diketahui:
- Polisi
- Jasa Marga
- Derek
- SPBU terdekat
- Rest Area terdekat
- Restoran terdekat
- Rumah sakit terdekat
- Bengkel terdekat
- Rute alternatif
- Frekwensi radio pendukung info mudik
Biasanya nomor dan info penting di atas telah disediakan oleh operator telepon. Jadi catat juga nomor info sesuai dengan operator telepon anda.

6. Barang-barang yang harus tersedia selama perjalanan:
- Pakaian nyaman
- Makanan kaya serat
- Camilan kaya serat
- Minuman khususnya air putih
- Rute mudik dan jalur alternatifnya
- Uang tunai secukupnya. Manfaatkan ATM apabila diperlukan
- Air mentah untuk radiator atau membersihkan sesuatu
- Tisu basah dan kering
- Kaset/CD favorit
- Charger. Pastikan HP dalam kondisi terisi baterainya untuk memudahkan komunikasi dalam keadaan darurat

Semoga tips di atas berguna dan dapat membantu anda untuk mudik dengan aman dan nyaman. Diatas semua tips di atas, jangan lupa berdoa sebelum melakukan semuanya.
Selamat mudik

Mudik

Berdasarkan www.id.wikipedia.org, mudik adalah kegiatan perantau/ pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua. Tradisi mudik hanya ada di Indonesia. Akan tetapi berdasarkan Jawa Pos, 22 September 2009, Malaysia juga mengenal tradisi mudik pada hari Lebaran dengan nama Balik Kampung.
Sebagai seorang perantau, tiap tahun aku juga melakukan mudik dengan rute Surabaya - Malang - Ngawi - Surabaya. Selama perjalanan banyak hal menarik dan khas yang kutemui.

1. Acara mudik bareng
Kutemui mudik bareng Honda pada saat istirahat di rest area Mojokerto. Terlihat bapak2 dengan sepeda merk Honda berbagai tahun, dari yang behula sampe terbaru, melaju dengan kencang di belakang Foor Raider. Sepeda motor mereka tanpa terlihat adanya tentengan barang bawaan. Ternyata dibelakang rombongan tersebut, terdapat bus-bus yang terlihat mengangkut ibu2 dan anak2 serta pick up dengan tumpukan barang bawaan. Disamping menyediakan pelindung dada dan pengawalan polisi saat mudik, ternyata Honda juga menyediakan sarana servis, ambulance dan angkutan tersendiri bagi wanita dan anak2 serta barang bawaan mereka. Sesuatu penyediaan fasilitas yang aman bagi pemilik sepeda motor.

2. Sarana istirahat
Para pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi, baik roda 2 atau lebih, dapat menggunakan sarana istirahat yang disediakan produsen kendaraan bermotor, makanan, maupun operator telepon. Produsen kendaraan bermotor menyediakan servis gratis sesuai merk kendaraan masing2. Produsen makanan dan minuman menyediakan makanan dan minuman gratis juga sesuai produk mereka. Sedangkan operator telepon menyediakan tempat istirahat sejenak yang nyaman bagi pemudik. Disamping itu juga terdapat tempat istirahat gratis yang nyaman, yaitu di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU). Semakin besar SPBU, maka terlihat semakin banyak pemudik yang mampir untuk sekedar makan bekal yang di bawa, ke toilet, sembahyang, maupun hanya sekedar berjalan-jalan meluruskan kaki.

3. Sarana narsis bagi pemimpin daerah
Masih di rest area Mojokerto, terlihat baliho besar bergambar Gubernur dan Wagub Jawa Timur beserta istri masing-masing mengucapkan selamat Hari Raya Idhul Fitri. Baliho yang sama juga terlihat di By Pass Krian. Untuk daerah kabupaten yang akan mengadakan pilkada, seperti Jombang, Surabaya dan Ngawi, juga terlihat poster gede para calon peserta pilkada. Suatu usaha narsis dari para pemimpin/calon pemimpin daerah untuk mempublikasikan diri sendiri. Tolong jelaskan padaku apa manfaatnya dari pembuatan poster2 tersebut pada masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung. Cuma pemborosan uang rakyat bagi kepala daerah yang telah menjabat, karena kemungkinan besar biaya pengadaannya menggunakan APBD.

4. Degradasi lingkungan
Aku terlahir di sebuah desa dengan sungai yang mengalir deras di belakang rumah. Hutan di Kecamatan Kasembon dan Ngantang sudah gundul sejak 1998. Bekas hutan tersebut sudah berganti dengan ladang tanaman kopi atau jagung. Bayangkan kalau terjadi hujan deras, maka jalur transportasi akan putus karena tertutup longsoran. Gersang juga terasa di sepanjang hutan jati saradan. Disamping itu juga terlihat debit air sungai yang menyusut drastis di daerah asalku. Bahkan banyak sekali sungai di Ngawi yang tidak ada air sama sekali. Suatu kondisi yang memerlukan penanganan secara menyeluruh untuk mengembalikan air dan pepohonan seperti dulu.

5. Peralihan bahan bangunan permukiman perdesaan.
Sebagian besar masyarakat perdesaan di Ngawi adalah migran baik di Indonesia maupun di LN. Salah satu hasil dari migran tersebut adalah dengan membangun rumahnya. Dulu pada awal 90an, sebagian besar rumah di perdesaan Ngawi terbuat dari bahan papan kayu jati. Kondisi rumah yang mengharuskan untuk diperbaiki, maka mereka mengganti tembok papannya dengan pasangan bata baik plester maupun tanpa plester. Untuk kondisi sekarang, pasangan bata lebih murah dibandingkan dengan tembok papan jati, karena langkanya pohon jati. Jadi patut direvisi untuk pandangan umum, bahwa perdesaan identik dengan rumah semi permanen.

Friday, 26 June 2009

Madura Trip

This was a second Madura trip of mine on June 2009. And till end on June, I went Madura three time. And I need once again to come for great experience at eastern of Madura Island. The colleagues and me will go around archipelago by boat or a traditional ship.

Source: facebook note of my friend, Arlene A. Gonzales.
..........................

When my friend earlier mentioned that she was willing for me to tag along on her trip to Madura, I was excited but a bit shy and unwilling to impose. To add to that some of my other friends were discouraging me or asking “why go to Madura?”. Finally, one day before the Suramadu bridge (from Surabaya to Madura) was to be inaugurated by the president, my friend fetched me early at the hotel. Her other colleague was meeting us at the hotel too. The day before, I bought a coolpak, bottled water, juices, biscuits and apples, plus some roti ayam (buns filled with chicken)from Holland Bakery as “baon” for the four of us (including the driver).As they were in a hurry to make it to a meeting, we didn’t have time to stop for breakfast. The air was still cool as we made it to the pier via the toll road, then onto the ferry or RORO for us. We got off the car to go up to the higher levels, while the driver “parked” the car at the lowest level.






There were a lot of interesting sights and sounds on the ferry, with motorcycle riders keeping watch on their bikes and their loads, sellers shouting “Kopi!Kopi!” with different brands of 3-in-1 coffee slung on their baskets together with thin disposable plastic cups. An array of snacks were being peddled, “lontong”, rectangular pieces of sticky rice with a chicken filling sandwiched in between and the whole thing wrapped in banana leaf and steamed, also a conical shaped rice cake akin to our “suman” whose name I forgot. We took a few pictures and enjoyed the view of the sea while watching the different kinds of people on board. Barely 30 minutes after we were already in Madura. We hurried down to the lowest floor where the car was parked and cruised on.
After finishing some business, we continued to go around the island primarily in Bangkalan, its capital. It was like going around the Philippine countryside with the ricefields, cornfields, fishponds. There were a lot of tamarind trees too. The only difference was that instead of thatched roofs or tin roofs the houses, no matter how small, had clay roof tiles on them. I was told that was because galvanized roofing was hard to come by while the clay roof tiles were a cottage industry. My friends took pictures along the way, as much as they possibly could, because it started to rain very hard. Interestingly, rain is “hujan”(with a silent “h”), which sounds like our own “ulan”.
I also noticed that there was a lot of construction of new houses going on. I was curious how come there were a lot of houses clustered together which had a courtyard in the middle. And there were a lot of mosques, big and smaller ones. I was told that parents have usually build a main house and when the children marry, they build more houses near the parents’ house with this kind of layout. Also, if there are several related families in a compound, they usually have or build a small mosque within the compound.
Thankfully the rain let up a little bit. Since we really didn’t have a proper sit-down breakfast, I think we got hungry by 11:30a.m. and we tried to find a place to eat. Since there were hardly any to choose from, my friends settled on a small restaurant which advertised their “gule kambing” on a tarpaulin. It was a no-frills place, but we were thankful for an opportunity to go to a restroom as well. Not being familiar with the food, I let my friends order and they ordered “gule daging sapi” and “sate daging sapi” (beef soup and beef barbecue on sticks),rice and “es the” or iced tea. The sate was a bit tough but well seasoned. The gule had a yellowish, flavorful broth , served with some “sambal” and a few slices of lime and generous chunks of beef meat.
After the meal we tried to find some batteries for the camera and my friends also asked around for the address of the batik makers. Tanjungbumi in Bangkalan is the center of batik making in this area. We were wondering where all the batik makers were as we wanted to watch the batik-making process. My friends told me that usually they would all be out and going about their activities. In one backyard, we saw a “red lady”, meaning her whole body down to her feet looked red, because she was at that time doing the coloring for the red dye in the fabrics. In another backyard we peeped in and saw a woman working with a fabric traced with a design and the hot wax in a small copper pot with an elongated spout for tracing the design in hot wax. We knocked on the door of a house further on in the compound, and it looked as if there was nobody or the people were having a siesta. After a while the door opened and we were ushered into the sala with glass cabinets full of batik. The lady of the house and her assistants proudly showed off their best batik “tulis” meaning handmade or hand printed using the traditional process. They were mostly in shades of brown with flora & fauna motifs though there were some in blue, green, red, orange. There were so many nice designs and I would have wanted to buy almost everything if money was no object. In the end, I settled for a few small table covers in maroon and dark blue, a blue, red and white sarong for myself, a blue monochromatic fabric which I was hoping to use for a formal skirt, and a bright orange cloth I wanted to have sewn into a table runner. In the flurry of choosing some fabrics, we didn’t notice that “Ibu”, our host, had thoughtfully placed three cups of “kopi susu” or coffee with milk on the center table so we drank them thankfully and paid for our batik bounty. We took a souvenir picture then said goodbye, hoping we could come back again at another time.



We continued on the journey back, but not without my friends taking their quota of pictures. We passed thru the seaside with a view of boats and the Suramadu bridge. We got down near the place where the Madura portion of the bridge started. There was a festiveness in the air, with people of all ages strolling around and looking down below at the street where a big white tent was being prepared presumably for the following day’s inauguration by the president. I could not understand their language but their faces and gestures shone with pride and excitement about this new development in their town and in their lives. They were probably proud that their president was coming and they have hope for a better life and a better future for their children.



The “lima kaki”(five legs) or sellers of food in carts were having a heyday, and my friend asked if I wanted to try the “bakso” or meatballs which here were pierced on sticks and you are given a choice of the “kecap manis”(thick sweet soy sauce) or the chili sauce. One of my friends took a stick and I tried one, too. Quiet a bargain for IDR 1,000 (about P4.00) for the 2 sticks.
We were quiet tired by the time we made it back to the pier to take the ferry. We went up to the top level and it was very cold I had to take out my shawl. We posed for a few pictures in the blustery wind, while listening to the afternoon prayers playing on the loudspeaker of another ferry. We decided to go down to the lower levels to get warm. My other friend kept on taking pictures on the way of the Suramadu and a statue of a hero. There were more vendors with their baskets selling “onde-onde” (like our buchi) and a host of other goodies, plus the kopi boys.





There was a long wait for the cars and other vehicles to get out of the ferry, and to add to that we hit rush hour traffic going back to Surabaya. It was already somewhat dark when I got back to the hotel, tired but thankful for another day of bonding with new friends and knowing more about their country, their people and their culture.

Tuesday, 19 May 2009

BERKELILING PULAU MADURA

Perjalanan mengelilingi Pulau Madura pertama kali selama 34 jam dengan rute:
ITS - Galaksi - Kamal - Tanjung Bumi - Pantai Slopeng - Sumenep - Pamekasan - Sampang - Pamekasan - Sumenep - Kampung Batik Madura Klapar Pamekasan - Sampang - Kamal - Perak - Benowo.



Kepulauan Madura terdiri dari satu pulau besar bernama Madura dan 127 pulau kecil baik berpenghuni maupun tidak. Sebagian besar pulau-pulau kecil tersebut terletak di Kabupaten Sumenep.

MAsjid Agung Sumenep merupakan salah satu tempat wisata religi di kawasan ini. Masjid ini terletak di tengah kota Sumenep (depan alun-alun kota). Hal ini mengingatkan pada bentuk kota di Jawa dimana alun-alun dikelilingi oleh pusat pemerintahan, pusat perekenomian, dan tempat ibadah.



Terlihat penumpang yang baru saja turun dari feri. Sepertinya mereka merupakan rombongan pengiring pengantin. Terlihat salah satu seserahan yang telah dihias dengan kertas warna-warni.

Perjalanan yang ketiga adalah mengelilingi Madura mulai dari Benowo - ITS - jembatan Suramadu - Sampang - Camplong - Pamekasan - Kampung Batik Klapar - Kalianget - Sumenep - Pantai Lombang - Pantai Slopeng - Tanjung Bumi - Bangkalan - jembatan Suramadu - ITS - Benowo. Perjalanan ditempuh selama 16 jam yang melelahkan.

Dari semua perjalanan di Madura yang pernah kulakukan, ada beberapa hal menarik yang patut didiskusikan lebih lanjut.
Pertama adalah infrastruktur transportasi. Secara umum sudah terdapat jalan yang mengelilingi pulau, akan tetapi terdapat perbedaan kondisi yang signifikan antara jalur selatan dan utara. Jalur selatan relatif lebih baik dibandingkan jalur utara. Padahal pemandangan laut di sepanjang utara begitu menakjubkan. Apalagi kalau dapat mengabadikan sunset dari perjalanan di jalur ini. Woow begitu menakjubkan. Sepertinya jalur yang mengelilingi pulau ini sudah ada sejak lebih dari satu abad lalu. Terdapat penanda pohon asam yang kira-kira telah berusia diatas 60 tahun. Pohon ini aku temui disepanjang jalur, baik pada jalan dengan kondisi bagus maupun jelek.
Apabila kita masuk Kota Bangkalan dari arah Kamal, akan menemui jalan kembar dimana pohon asamnya telah hilang. Sangat disayangkan sekali. Mengapa pohon tersebut tidak dipindahkan ke pinggir?

Sebagian besar bangunan permukiman yang kutemui merupakan bangunan baru dengan gaya adopsi luar negeri. Walaupun bangunan tersebut baru, akan tetapi memiliki kesamaan dengan kebiasaan dan bentuk rumah asal. Rumah tersebut pasti memiliki teras yang relatif luas dengan kursi dan meja untuk menerima tamu. Biasanya tamu laki-laki diterima di teras ini. Apabila tamu tersebut dengan perempuan, maka akan diterima di dalam rumah. Yang menarik bagiku adalah beragamnya bentuk dan jenis kursi dan meja yang ada di teras tersebut. Mulai dari sofa dari kain maupun kayu, kursi dan meja makan, maupun hanya deretan kursi-kursi.

Hal ketiga yang menarik adalah keberadaan kampung-kampung batik. Yang dimaksud kampung batik adalah sebuah perkampungan dimana mata pencaharian penduduknya adalah menggantungkan diri dari bisnis batik. Mulai dari proses penggambaran, membatik, mewarna, pemasaran, sampai dengan promosi. Kampung batik yang kukunjungi adalah Tanjung Bumi (Bangkalan) dan Klapar. Aku telah 3 kali ke kampung batik Klapar di Pamekasan. Motif batik Tanjung Bumi lebih besar bentuknya dibandingkan Klapar. Adapun harganya relatif sama.



Kondisi pasar Camplong (Sampang) dengan delman di depannya. Camplong terkenal dengan pantainya dan jambu air putih yang disebut jambu Camplong. Akan tetapi apabila kita membeli di supermarket di Surabaya disebut Jambu Madura.



Kondisi jalan dan lalu lintas di dekat alun-alun Kota Pamekasan.





Kondisi pelabuhan Kalianget (Sumenep). Pelabuhan ini melayani jalur perdagangan dan transportasi antar pulau di sekitar Sumenep maupun ke seluruh wilayah Indonesia. Terdapat feri yang melayani jalur Kalianget - Situbondo. Jalur ini ditempuh selama kurang lebih 2 jam.



Kondisi pantai selatan pulau Madura. Terdapat pohon bakau yang usianya masih relatif muda. Disamping itu terlihat tempat eksplorasi minyak di laut lepas.



Kondisi pantai utara pulau Madura dengan pasir putihnya. Akan tetapi secara keseluruhan tidak terdapat pasir putih disepanjang pantai pulau Madura. Hanya terdapat sebagian kecil pantai dengan pasir putih.



Suasana malam hari Jemabatan Suramadu arah Surabaya. Banyak terdapat penjual makanan di Kawasan Kaki Jembatan Suramadu (KKJS) baik sisi Madura dan Surabaya. Disamping itu terlihat orang menyeberang jalan di jembatan, sepeda atau mobil yang putar balik tidak pada tempatnya. Serta hal-hal lain di luar ketentuan yang berlaku di jalan tol.