Thursday 10 May 2007

Jembatan


Aku suka banget dengan iklan gudang garam edisi jembatan.
Disana diperlihatkan tentang bagaimana anak-anak tersebut tidak mudah untuk menggapai pendidikan yang layak.
Mereka harus berenang melawan arus derasnya sungai untuk menuju sekolahnya setiap hari karena tidak ada jembatan.
Aku sudah membaca sebelumnya di kompas, bahwa ada anak-anak yang harus berenang mencapai sekolahnya di Garut, Jawa Barat.
Woww... mengapa hal ini bisa terjadi di pulau Jawa, dimana semua infrastruktur yang dibutuhkan sudah lengkap (katanya..).
Terus apa yang terjadi dengan anak-anak di luar Jawa.
Di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, pedalaman Papua, Maluku yang tidak terjangkau kalau musim angin muson.
Masih ditemukannya juga busung lapar di Nusa Tenggara, Papua, dan daerah lainnya (dimana para pejabatnya hanya sibuk berusaha menyangkal bahwa itu tidak benar) karena kekeringan dan gagal panen.
Apa yang akan terjadi dengan generasi masa depan kita kalau mereka tidak mendapat asupan gizi cukup di masa keemasannya serta pendidikan yang layak.
Akankah kita akan kehilangan generasi muda yang tangguh di masa datang?
Saat ini juga telah terjadi fenomena bahwa orang tua mengajarkan pada anak-anaknya untuk tidak menghargai proses.
Karena para orang tua akan marah kalau anak-anaknya tidak membawa pulang nilai yang bagus.
Anak akan dimarahi habis-habisan kalau tidak naik kelas, bahkan kalau sampai tidak lulus sekolah.
Mereka tidak menyadari dari awal mengapa hal ini.
Si anak akan berusaha dengan keras untuk menyenangkan orang tua.
Anak-anak hanya akan mencari nilai bukan belajar untuk mempelajari dan mengetahui pengetahuan untuk memperkaya otak dan batinnya.
Apa yang akan terjadi...?
Anak-anak kita hanya akan berusaha untuk memecahkan jenis variasi soal yang tersedia, bukan memahami persoalan suatu kasus.
Kalaupun dia menemukan jenis soal yang lain dia akan terhalang tembok untuk menyelesaikan karena mati kreatifitasnya.
Marilah kita sebagai orang tua memberikan ruang bagi anak-anak kita menjadi kreatif.
Jangan cekoki mereka dengan angan-angan kita yang terlalu tinggi pada usia mereka.
Kita harus melihat apakah keinginan mereka sebenarnya.
Dan itu diperlukan ruang dan kedekatan yang intens dengan mereka agar mau mengungkapkan keinginan sebenarnya secara bebas.
Jangan rusak anak-anak manis kita.


Mari selamatkan dunia lewat tangan anak-anak kita

No comments: