Monday, 14 January 2008

DAPATKAH MEREKA MENCAPAINYA SEORANG DIRI?

Dibuat sebagai tugas mata kuliah Sarana Prasarana (transportasi)

PENDAHULUAN

Awal Mei setahun lalu di tengah dinginnya hembusan angin lautan Baltik, saya terkesima dengan pemandangan di depan. Seorang wanita berusia sekitar 50 tahun sedang duduk di kursi roda berkeliling di jalanan kota Lund seorang diri. Anggota badan yang berfungsi sepertinya hanya tangan saja yang digunakan untuk menekan tombol penggerak kursi roda. Di leher terlihat penyangga leher untuk menopang leher dan kepalanya. Posisi kepala tidak simetris. Walaupun wajahnya terlihat tidak berekspresi tetapi matanya memancarkan semangat dari dalam serta dia terlihat sangat menikmati kegiatannya. Kekurangan fisik yang sedang menderanya tidak menghalangi dirinya untuk menikmati suasana di kota tempat tinggalnya. Dia dapat mengakses tempat dan ruang publik secara mandiri.

Itu adalah gambaran umum bagaimana mudahnya para lansia dan penyandang cacat untuk mengakses fasilitas publik secara mandiri di negara maju. Hal ini dipicu oleh keadaan dimana mereka harus melakukan sendiri segala pemenuhan kebutuhan karena sebagian besar para lansia dan penyandang cacat tinggal sendiri atau hanya dengan pasangannya saja. Menggaji pembantu atau perawat untuk menemani beraktivitas, diperlukan biaya tinggi dikarenakan gaji tenaga manusia sangat mahal.

Terbayang di benak, apa yang akan terjadi apabila mengalami sendiri seperti itu di Indonesia. Yaitu hidup sendiri pada saat tua dan harus melanjutkan hidup pasca mengalami stroke. Maka sangat sulit bagiku untuk mengakses fasilitas publik secara mandiri. Hal ini disebabkan infrastruktur bagi para penduduk berkebutuhan khusus belum tersedia di Indonesia. Sebuah pemikiran yang memilukan untuk hidup menua dan menjadi cacat di Indonesia.

Penduduk berkebutuhan khusus yang dimaksud disini adalah penduduk berusia lanjut (manula) dan penyandang cacat (difable). Manula sudah mengalami penurunan kualitas hidup baik secara ekonomi maupun sosial. Sehingga terkadang menjadi beban bagi penduduk usia produktif untuk menopang kehidupannya apabila tidak mandiri. Hal inilah yang terjadi pada manula di negara berkembang dimana tingkat pendidikan masih rendah. Sedangkan di negara maju, para manula dapat memenuhi kebutuhannya sendiri baik secara sosial dan ekonomi. Apabila sudah tidak dapat memenuhi kebutuhannya, maka negara akan mengambil alih untuk merawatnya. Mereka akan dirawat di panti jompo yang sangat nyaman dan aman bagi manula untuk menjalani sisa hidupnya tanpa ada rasa tersisih dan terbuang.

Penyandang cacat yang dimaksud disini khususnya adalah tuna netra (buta) dan tuna grahita (keterbatasan anggota tubuh). Mereka menggunakan alat bantu diantaranya adalah tongkat, kursi roda, pendengaran yang lebih tajam, dan yang lainnya dalam mengakses tempat publik.

Kebutuhan khusus bagi manula dan penyandang cacat diantaranya adalah bagaimana mereka dapat mengakses segala pelayanan yang dibutuhkan secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Bagaimana mereka dapat berbelanja di pasar maupun supermarket, ke dokter, dan tempat publik baik dengan berjalan maupun memakai kendaraan umum secara mandiri. Diperlukan penunjuk arah dan fasilitas khusus untuk mencapai dan memenuhi akan kebutuhan publik agar mereka dapat mandiri.


KONDISI EKSISTING DI INDONESIA

Peraturan Pemerintah RI No 34 tahun 2006 tentang Jalan dijelaskan bahwa fungsi jalan digunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dengan mengusahakan biaya umum perjalanan menjadi serendah-rendahnya.

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 tahun 1993 tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, diatur tentang standart dan ketentuan tentang halte, kendaraan umum, parkir, fasilitas parkir pada badan jalan, pemakai jalan, tempat istirahat dan trotoar. Namun sangat disayangkan, semua hal itu belum spesifik mengatur tentang keberadaan dan kebutuhan khusus bagi penyandang cacat dan manula.

Penduduk berkebutuhan khusus juga merupakan mahkluk sosial yang memerlukan sosialisasi. Kondisi aksesibilitas di Indonesia tidak memungkinkan bagi mereka untuk mandiri karena tidak tersedianya prasarana dasar. Misalnya seorang pemakai kursi roda, baik manula atau karena cacat tubuh, akan pergi ke luar kota Surabaya sedangkan dia tidak mempunyai kendaraan bermotor. Maka dia memerlukan orang lain untuk melalui proses tersebut. Mulai dari keluar dari rumah, menuju ke stasiun/terminal, naik bus/kereta api, turun setelah sampai tujuan, dan sampai masuk ke tujuannya. Hal ini disebabkan oleh desain kendaraan publik dan prasarana publik yang tidak sesuai dengan keadaan dan kebutuhan mereka. Mereka memerlukan halte dan trotoar yang hampir rata dengan jalan, kendaraan publik yang bisa diset ketinggiannya, sehingga pintu masuk dan trotoar sejajar, tempat duduk khusus di dalam bis atau kereta api yang mudah dicapai dan lain-lain.

Pembangunan gedung di Indonesia harus mengacu kepada UU No 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, yang didetailkan dalam peraturan di bawahnya. Maksud dari peraturan pembangunan gedung tersebut adalah agar pembangunan tersebut sesuai dengan asas manfaat, keselamatan, keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung dan lingkungannya bagi masyarakat. Di dalam peraturan ini juga belum ada tuntutan untuk menyediakan fasilitas aksesibilitas bagi manula dan difable. Sehingga sebagian gedung yang dibangun di Indonesia belum mengakomodasi kebutuhan tersebut. Bangunan di ITS pun belum memenuhi kebutuhan tersebut. Bagaimana apabila mahasiswa yang berkursi roda akan berkuliah di sini? Maka dia akan memerlukan orang lain untuk mencapai lantai dua dan tiga. Bahkan lantai satupun dia masih memerlukan orang lain.


PEMBELAJARAN DARI LUAR

Mengapa penyandang cacat dan manula di negara maju dapat mandiri? Karena prasarana dasar dan transportasi publik mengakomodasi kebutuhan yang diperlukannya. Dibawah ini adalah contoh desain fasilitas publik yang sudah mengakomodasi kebutuhan tersebut. Desain bis di Barcelona, Spanyol adalah tinggi, dimana tempat penumpang di atas sedangkan di bawah adalah bagasi. Maka pemakai kursi roda naik dan keluar dari bis menggunakan tangga berjalan secara hidrolis. Seperti gambar (1) dan (2), dimana diperlihatkan cara pemakai kursi roda keluar dari bis.

Gambar 1. Fasilitas bus (tangga berjalan) di Barcelona Spanyol, untuk menurunkan penumpang penyandang cacat
Sumber: Johanes Krisdianto, 2007



Gambar 2. Penyandang cacat dapat turun dari bus seorang diri dengan bantuan tangga berjalan
Sumber: Johanes Krisdianto, 2007

Penumpang berkebutuhan khusus yang naik bis di Lund, Swedia (gambar 3 dan 4)terletak di bagian tengah bis tersebut. Bis tersebut mempunyai 3 pintu. Pintu tengah khusus digunakan bagi penumpang manula, cacat, serta orang tua yang membawa anak memakai troli untuk naik dan turun. Dibagian ini juga disediakan pengait bagi troli tersebut. Bagian pintu bis tersebut dapat dimiringkan ketinggiannya sehingga hampir sejajar dengan trotoar.

Gambar 3. Tempat duduk khusus untuk anak-anak, orang tua dan cacat.
Sumber: Johanes Krisdianto, 2007

Gambar 4. Ruang untuk penumpang berkebutuhan khusus berada di tengah bis yang mudah pencapaiannya
Sumber: Johanes Krisdianto, 2007

Desain prasarana dasar perkotaan juga sangat berpengaruh besar terhadap aksesibilitas bagi para cacat dan manula. Seperti gambar (5) dan (6)memperlihatkan bagaimana ketinggian trotoar yang hampir sama dengan badan jalan. Sehingga ramp yang diperlukan untuk mencapainya, tidak terlalu terjal. Hal ini sangat memudahkan pencapaiannya.

Gambar 5. Jarak antara tinggi trotoar dan jalan raya yang tidak membahayakan bagi penyandang cacat di pusat kota Lund
Sumber: Andarita Rolalisasi, 2006

Gambar 6. Desain akses manusia dan kendaraan yang mudah diakses oleh penyandang cacat secara mandiri di dalam area Universitas Lund
Sumber: Andarita Rolalisasi, 2006

Untuk penderita buta, memerlukan penanda khusus yang dapat dirasakan oleh indera perasa mereka. Gambar (7) memperlihatkan penanda di trotoar yang akan menggiring ke tempat tujuan. Sedangkan gambar (8) memperlihatkan batas daerah aman dan daerah bahaya yang harus dihindari. Tanda ini menunjukkan ruang yang dapat diakses oleh mereka agar aman di stasiun kereta api.

Gambar 7. Penanda arah untuk pejalan kaki buta yang ada di trotoar Osaka Kyoto, Jepang
Sumber: Wahyu Setiawan, 2000

Gambar 8. Batas daerah berbahaya di stasiun kereta api Bangkok yang dapat diakses oleh tuna netra
Sumber: Andarita Rolalisasi, 2007

Yang tidak kalah pentingnya adalah juga aksesibilitas terhadap bangunan. Maka diperlukan ramp yang kemiringannya sangat aman bagi mereka seperti yang terlihat di gambar (9) dan (10). Ini harus disediakan baik di dalam maupun di luar bangunan.



Gambar 9. Akses masuk bangunan publik (gereja) bagi penyandang cacat dan bukan di pusat Kota Lund
Sumber: Johanes Krisdianto, 2007


Gambar 10. Kemudahan bagi penyandang cacat di dalam perpusatakaan Universitas Lund
Sumber: Johanes Krisdianto, 2007


KESIMPULAN

Penyediaan fasilitas agar dapat diakses oleh penduduk berkebutuhan khusus, perlu melibatkan semua stakeholder yang ada, yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Hal dimaksudkan agar seluruh stakeholder menyiapkan prasarana dasar dan transportasi tersebut. Pertama yang harus dilaksanakan oleh pemerintah adalah menyediakan regulasi yang mengatur tentang transportasi dan bangunan publik yang dapat diakses oleh mereka secara mandiri. Di dalamnya mengatur tentang penyediaan kemudahan akses. Pemerintah juga harus mempunyai desain baru yang sudah accessible untuk pembangunan new public facilities, misalnya desain halte, parkir, fasilitas parkir pada badan jalan, tempat istirahat dan trotoar.

Kedua yang harus dilaksanakan pihak swasta sebagai penyedia fasilitas, adalah harus mendesain ulang public transport dan sarana lainnya. Seperti misalnya desain bis dan kereta api, peningkatan kemampuan sumber daya manusia sopir/kernet untuk mengoperasikannya, dan lain-lain.

Sedangkan masyarakat harus mendidik dirinya sendiri dan keluarganya yang berkebutuhan khusus agar menjadi lebih mandiri dalam mengakses fasilitas publik. Ketergantungan penduduk berkebutuhan khusus juga berasal dari cara mendidik di dalam keluarganya.


DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 tahun 1993 tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Saturday, 12 January 2008

sun city, JNB, ZA



For those, who find the cities of South Africa too hectic, an experience of a different kind is waiting in Sun City. In the middle of an extended savannah lies the Las Vegas of southern Africa. The spacious entertainment area used to be part of the former homeland Bophuthatswana. The formal independence of the homeland made it possible for the businessman Sol Kerzner to set up this complex quite close to the population centres Johannesburg and Pretoria, where, amongst other things, striptease and gambling are offered, which activities had been forbidden in the Calvinist old South Africa. Besides that, internationally famous entertainers like rockstars perform here, who have always attracted many people.
Nowadays Sun City has lost the odour of sin. The name now stands for luxurious hotels, beautifully laid-out watergardens, excellent golf courses, unusual gambling halls, exclusive casinos and first-class entertainment shows.

The latest jewel in the chain of casino complexes is Lost City. It was planned in the style of a sunken, legendary African town. It is beautifully situated and imaginatively decorated. No wonder that Sun City attracts more than 25.000 visitors every day.

FINALLY.. I KNOW THAT I LOVE YOU

I KNOW..................................................................................................................................

Di Cafe jam 6 sore.
Terlihat Ryan dan Luisa sedang makan sambil bertengkar. Luisa merasa disepelekan dan tidak diperhatikan oleh Ryan karena pak Rasyid belum merestui hubungan mereka akan tetapi Ryan tidak berusaha juga untuk mendapatkan restu tersebut. Setelah mengantarkan Luisa di apartemennya, Ryan menyetir dengan melamun karena teringat pertengkarannya dengan Luisa.

....................................................................................................................................

Arini dan suaminya akan berangkat ke dokter kandungan naik sepeda motor. Mereka ingin menjalankan terapi agar dapat memiliki anak setelah 6 tahun perkawinan mereka yang belum kunjung juga diberi keturunan. Saat suami Arini akan parkir motornya, tiba-tiba dari arah belakang dia ditabrak oleh mobil Ryan. Ryan kaget dan berhenti untuk menolong. Suami Arini diangkat ke mobil Ryan untuk dibawa ke rumah sakit.
Suami Arini hanya sekali membuka matanya saat di pangkuan Arini, setelah itu tidak pernah membuka matanya lagi selamanya. Arini hanya dapat menangis melihatnya. Setelah sampai di rumah sakit, dokter mengatakan pada Arini bahwa suaminya tidak dapat ditolong lagi.
Ryan telepon kepada pak Rasyid tentang apa yang terjadi. Saat mengurus jenazah, pak Rasyid datang dan mereka pulang ke rumah Arini.

..................................................................................................................................

Setelah pemakaman suami Arini pada keesokan harinya, pak Rasyid dan Ryan mengungkapkan penyesalan dan minta maaf atas kejadian tersebut. Arini menerima dengan ikhlas dengan apa yang telah terjadi. Sehingga ketika mereka memberikan uang duka, ditolak oleh Arini.

...................................................................................................................................

Setelah kejadian tersebut terjalin komunikasi yang intens antara pak Rasyid dan Arini walaupun hanya lewat telepon untuk saling bertanya kabar.
Pak Rasyid meminta Arini untuk membantu di yayasannya, karena beliau kesulitan untuk meyeleksi proposal pengajuan beasiswa yang banyak sekali diterimanya. Tugas Arini adalah verifikasi kevalidan data proposal dengan kenyataan di lapangan. Sehingga Arini sering pergi untuk menemui para pemohon. Beberapa kali diantarkan sopir pak Rasyid untuk memverifikasi data. Setelah itu pak Rasyid memberikan mobil Avanza pada Arini.

................................................................................................................................

Arini dengan segala kegiatannya di yayasan masih juga sibuk dengan proyek desain yang datang langsung padanya. Mengetahui hal itu, pak Rasyid meminta Arini untuk merenovasi rumahnya.
Saat masuk ke desain kamar pribadi pak Rasyid dan Ryan, Arini berkonsultasi terlebih dahulu dengan mereka. Pak Rasyid hanya meminta di cat ulang saja tanpa merubah interior, karena kamarnya menyimpan banyak kenangan terhadap almarhum istrinya. Sedangkan Ryan tidak mau furniture di kamarnya bertambah maupun berkurang. Akan tetapi penataannya diserahkan sepenuhnya kepada Arini.
Renovasi rumah diperkirakan memakan waktu seminggu. Selama itu pak Rasyid dan Ryan pindah sementara di apartemen. Setelah selesai dan kembali ke rumahnya, mereka takjub dengan renovasi yang dilakukan oleh Arini.

..............................................................................................................................

Ryan menghadapi permasalahan pelik di perusahaannya. Dia mendapatkan komplain dari koleganya karena kedatangan barang telat di tempat tujuan baik untuk domestik maupun manca negara. Sehingga dia memerlukan banyak waktu untuk mendatangi kantor perwakilannya baik di dalam maupun luar negeri.
Pertama Ryan pergi ke Semarang dan Surabaya. Dilanjutkan ke Denpasar dan Batam dilanjutkan ke Singapore. Seminggu berikutnya di Jakarta, Ryan pergi ke Eropa dan Amerika selama 2 minggu berturut-turut.
Setelah semua kegiatannya tersebut, saat di kantor, Ryan terserang demam tinggi dan tidak dapat menelan makanan, karena lambung bengkak dan asam lambung naik. Ryan dilarikan ke rumah sakit karena muntah terus pingsan oleh sekretarisnya, dan sekretarisnya, Sacha menelepon pak Rasyid dan Luisa.

……………………………………………………………………………………

Ryan opname di rumah sakit selama 11 hari. Luisa menunggu Ryan disela-sela waktu bekerjanya. Bisa siang atau menginap pada malam harinya tergantung selesainya pekerjaan. Praktis Luisa istirahat dan tidur di rumah sakit selama Ryan diopname. Mereka ada waktu untuk saling memperhatikan dan berkomunikasi dengan baik, dimana selama ini ada kebuntuan dalam komunikasi mereka. Sehingga hubungan yang menggantung selama ini kembali menjadi mesra.
Pak Rasyid meminta Arini untuk menjaga Ryan saat Luisa sedang bekerja. Arini bekerja dalam diam. Arini tidak pernah berusaha untuk mengajak bicara Ryan, sedangkan Ryan tidak tahu apa yang dapat dibicarakan dengan Arini. Sehingga Arini hanya membaca selama menunggui Ryan dan Ryan hanya tidur selama ditunggui Arini.
Jika Luisa datang, sikap Ryan dan Luisa adalah saling merindukan, ceria, dan mesra. Di dalam keceriaan mereka, Arini membersihkan sisa makanan dan menatanya, setelah itu pulang, jam berapapun Luisa datang. Arini berpamitan hanya lewat tatapan mata dan mengangguk kepada Ryan.

...............................................................................................................................

Ryan istirahat di rumah selama dua hari. Luisa hanya dapat menjenguk Ryan pada siang hari, karena pak Rasyid bersikap tidak suka kalau dia datang menjenguk Ryan apalagi sampai menunggui sampai lama.
Karena harus merawat Ryan di rumah, pak Rasyid meminta pada Arini untuk menginap di rumahnya. Arini tinggal di guest house yang terpisah dari rumah induk. Dia mengatur pola makan, mempersiapkan obat yang harus diminum, serta membersihkan kamar jika Ryan sedang di kamar mandi.

..............................................................................................................................

Setiap satu minggu sekali Arini membuat daftar menu untuk keluarga pak Rasyid beserta cara memasaknya yang sehat. Daftar tersebut diberikan pada pembantunya. Sedangkan office boy dan sekretaris Ryan di kantor diberi daftar makanan dan minuman yang tidak dapat dimakan oleh Ryan. Sehingga kopi dan capucino kesukaan Ryan hilang dari pantry kantor.
Pada pukul 11 Arini datang ke rumah pak Rasyid untuk mengambil makan siang Ryan dan mengantarkan sendiri ke kantor. Makanan dititipkan pada satpam. Dan sesuai dengan permintaan Arini makanan itu diserahkan ke ob untuk diatur kembali di atas piring dan diletakkan di nampan sebelum diserahkan ke Ryan.
Suatu hari Arini tidak bisa mengantar makan siang Ryan, karena harus mencari bahan interior. Maka dia minta pak Sapto untuk mengantar makanan. Karena pak Sapto sudah datang pada saat jam makan, maka dia langsung ke ruangan Ryan dan menyerahkan rantang makanannya. Ryan kaget karena dia tidak terbiasa makan di rantang. Dia menanyakan dimana Arini. Dan dijawab pak Sapto kalau Arini harus pergi ke toko bahan interior.
Akhirnya rantang makanan diserahkan ke ob dan makanannya diletakkan di piring seperti biasanya. Tetapi karena sudah sebal maka Ryan tidak dapat menikmati makan siangnya, dan dia panggil ob untuk minta dibuatkan capucino. Dia tambah marah setelah tahu jika kopi dan capucino sudah tidak disediakan lagi di pantry atas perintah Arini.

..................................................................................................................................

Keesokan harinya Ryan menunggu Arini di rumahnya. Arini datang jam 10. begitu Arini turun dari mobil, Ryan langsung marah padanya. Ryan mempertanyakan alasan Arini untuk meniadakan kopi dan capucino di rumah maupun di kantornya. Arini begitu kaget dan syok mendengar suara keras Ryan. Dia hanya bisa memandangnya tanpa tahu harus menjawab apa. Ryan langsung menuju ke mobilnya untuk berangkat ke kantor.
Masih terkaget Arini ketika mendengar mobil Ryan melesat cepat hampir menanbrak dirinya. Kemudian dia masuk ke dapur untuk menemui mbok Nah. Mbok Nah cerita kalau tadi malam Ryan marah-marah karena tahu di rumah juga tidak ada kopi dan capucino. Arini hanya tersenyum saja dan dia mengambil air dingin di kulkas untuk menenangkan hatinya.
Selagi mbok Nah mempersiapkan makanan yang harus dibawa ke kantor, Arini ke dalam rumah untuk menemui pak Rasyid. Ternyata beliau sudah menunggu Arini di ruang kerjanya. Pak Rasyid minta maaf atas kekasaran Ryan kepada Arini. Dan beliau menceritakan bagaimana cintanya Ryan terhadap kopi dan capucino, karena ibunya almarhum juga sangat suka. Dan apabila Ryan merasa marah, dia akan selalu minum black coffe tanpa gula atau capucino dingin. Setelah itu sensasi yang didapat Ryan adalah ketenangan. Akhirnya Arini dapat memaklumi kemarahan Ryan terhadapnya.

.................................................................................................................................

Arini menata sendiri makan siang Ryan di piring dan membawa ke dalam ruangan saat makan siang. Ob dan sekretarisnya berusaha membantu tetapi Arini dengan lembut mengatakan bahwa biarkan saat ini dia untuk mempersiapkan sendiri makan siang untuk Ryan.
Arini masuk setelah mengetuk pintu. Ryan duduk membelakangi pintu karena sedang mencari buku di rak buku.
”Makan siangnya pak” kata Arini,
Ryan ; ”taruh aja di situ”
Setelah meletakkan makanan di meja,
Arini ; ”saya minta maaf karena tidak dapat menyediakan kopi dan capucino di rumah maupun kantor sesuai dengan nasihat dokter”
Ryan kaget mendengarnya, karena dia tidak menyangka bahwa yang mengantar makan siangnya adalah Arini. Belum sempat Ryan omong, tiba-tiba Luisa masuk ke ruangan Ryan, dan langsung mencium Ryan tanpa memperdulikan ada Arini. Arini ke luar ruangan dan menutup pintunya.

........................................................................................................................................

Setiap malam setelah pekerjaan Arini selesai, baik di yayasan maupun konsultan desainnya sendiri, Arini menyempatkan untuk datang ke rumah pak Rasyid untuk memastikan pada mbok Nah tentang menu yang yang akan disediakan besoknya. Kalau tidak sempat dia akan menelepon mbok Nah untuk memastikan itu.
Karena Arini melihat kebahagiaan di wajah pak Rasyid ketika diajak ngobrol, maka dia selalu menyempatkan waktu untuk selalu berkunjung ke rumah pak Rasyid di pagi dan malam hari. Jika betul-betul tidak ada waktu dia akan menyempatkan diri hanya untuk menelepon.
Pak Rasyid kasihan dengan Arini. Karena jarak antara rumah Arini dan rumahnya adalah 30 menit apabila jalan lancar. Jika macet bisa mencapai 1 jam. Maka dia meminta Arini untuk tinggal di rumahnya saja. Dan dia menawarkan guest house sebagai tempat tinggal dan studio Arini.

.......................................................................................................................................

Tidak mudah bagi Arini untuk pindah dari rumah yang sudah dihuni selama ini. Walaupun agak masuk di kampung, tapi lingkungannya sangat nyaman dan tetangganya ramah. Dia tidak dapat melupakan kenangan indah bersama almarhum suaminya. Semua kenangan seperti tergambar jelas di depan pelupuk matanya.
Akan tetapi dia juga berpikir untuk mengembangkan usahanya. Dia tidak mau hanya mengandalkan promosi konsultan desainnya dari mulut ke mulut saja. Dia mau lebih berkembang dan profesional sesuai dengan keahliannya sebagai arsitek. Maka dia menerima tawaran pak Rasyid untuk tinggal dan membuka konsultan desain di guest housenya. Sedangkan rumahnya disewakan 30 juta selama 2 tahun. Uang itu dipakai tambahan modal untuk mengembangkan usahanya.

..................................................................................................................................

Ryan tidak tahu tentang penawaran pak Rasyid pada Arini tersebut. Setelah tahu bahwa Arini pindah ke rumahnya, Ryan protes keras pada ayahnya. Dia tidak pernah mau untuk makan bareng di meja makan. Dia makan sebelum atau sesudah pak Rasyid dan Arini. Walaupun Ryan tidak mengatakan langsung padanya, Arini tahu kalau Ryan tidak setuju kalau dia pindah ke rumahnya. Arini hanya diam saja menerima perlakuan diam Ryan. Dia sadar akan kedudukannya yang hanya menumpang di rumah tersebut.

......................................................................................................................................

Usaha konsultan desain Arini maju pesat karena pak Rasyid juga mempromosikan ke teman-temannya. Pak Rasyid selalu memperkenalkan Arini sebagai anaknya. Desain yang dihasilkan Arini beragam. Dari desain keramik untuk lantai maupun hiasan dinding, desain furniture, desain interior, maupun bangunannya. Dia kerjakan sendiri desainnya, sedangkan penggarapannya diserahkan pada perajin-perajin yang sudah dikenal sebelumnya. Perajin2 ini sangat mengerti tentang desain yang dihasilkan Arini, sehingga produk yang dihasilkan sangat halus dan detail sesuai dengan desain Arini.
Ryan selalu melihat lampu guest house masih menyala saat dia pulang kerja atau dugem. Ryan pernah datang jam 3 pagi setelah dugem. Dan dilihatnya lampu guest house masih menyala.

........................................................................................................................................

Arini sangat sibuk mulai dari pagi sampai malam. Baik mengurus konsultan desainnya maupun yayasan pendidikan pak Rasyid. Akan tetapi selelah apapun, Arini tidak dapat tidur kalau Ryan belum pulang. Dia tidak tehu mengapa hal ini bisa terjadi. Maka sambil menunggu Ryan pulang, dia menyelesaikan semua pekerjaan.
Pada suatu ketika, pak Rasyid mendapat undangan reuni dengan teman-temannya di Kalimantan selama 4 hari. Beliau akan menghabiskan waktu 7 hari untuk berjalan-jalan di Kalimantan. Setelah paginya mengantarkan pak Rasyid ke bandara, Arini mengalami kelelahan yang luar biasa. Dia tidak dapat bangun. Dia telepon mbok Nah untuk mengantarkan makanannya ke guest house. Dan dia juga meminta untuk dibuatkan susu telor madu, untuk memulihkan tenaga.
Mbok Nah merasa heran, karena tidak biasanya Arini minta untuk dilayani. Biasanya dia melayani dirinya sendiri. Pernah mbok Nah akan melayani Arini, tapi Arini menolaknya. Arini bilang, selama kuat dia akan melayani dirinya sendiri.
Setelah mbok Nah masuk ke guest house, baru dia tahu kondisi Arini. Dia pucat, panas,dan lemah. Mbok Nah menyarankan untuk pergi ke dokter, tapi Arini tidak mau. Dia hanya ingin makan yang banyak dan minum susu setelah itu tidur. Karena hanya istirahat yang diinginkan saat ini. Arini meminta mbok Nah untuk tidak datang ke guest house kalau tidak dipanggil. Arini tidur dari siang sampai hampir siang keesokan harinya.

.......................................................................................................................................

Jam delapan malam, Ryan datang. Dilihatnya lampu guest house sudah padam. Mobil Arini terparkir di garasi. Dilihatnya mobil dan garasi bersih. Hal ini mengindikasikan kalau mobil sudah terparkir lama di garasi. Berarti Arini juga di rumah seharian ini. Ryan merasa heran karena tidak biasanya lampu guest house sudah padam pada jam 8 malam.
Keesokan harinya saat sarapan, Ryan makan dengan heran juga. Karena dia sarapan jam 8, dilihatnya masih terdapat dua piring yang belum terpakai. Berarti Arini belum sarapan. Biasanya Arini menemani bapaknya sarapan jam 7 setelah bapak jalan-jalan. Ryan berangkat ke kantor setelah itu.

........................................................................................................................................

Arini bangun jam 10 dengan wajah dan pikiran segar. Dia Langsung mandi dan sarapan. Mbok Nah gembira melihat Arini sudah seperti biasanya. Setelah itu Arini mengantarkan makan siang Ryan ke kantornya.
Dari kantor Ryan, Arini menuju perajin keramik dan furniturenya. Banyak sekali yang dia pesan untuk proyeknya bulan depan di Surabaya. Saat hampir magrib, Arini pergi ke penjahit baju langganannya untuk fitting beberapa baju yang dipesannya. Arini mendesain sendiri baju dan kainnya. Arini juga sedang belajar untuk memanfaatkan sisa-sisa perca menjadi sesuatu yang menarik sebagai bagian dari desain interior.
Arini sampai rumah jam 10 malam. Dilihatnya mobil Ryan sudah terparkir di garasi. Langsung menuju dapur. Dia tanya ke mbok Nah apakah Ryan sudah makan malam. Dan mbok Nah bilang sudah, tetapi meja makan belum dibersihkan karena Arini belum makan malam.
Arini minta mbok Nah membersihkan meja karena dia akan makan di dapur saja. Dia ingin masak cah sawi daging. Arini makan malam dengan nasi lauk cah sawi daging di dapur.

.....................................................................................................................................

Ketika ob membawa nampan makan siangnya, Ryan bertanya siapa yang membawa makan siang itu. Ob menjawab kalau Arini yang mmbawa dan mempersiapkan sendiri makan siang di kantornya. Ryan langsung bertanya, dimana Arini sekarang. Ob menjawab kalau baru saja Arini pergi.
Jam tujuh Ryan sudah pulang ke rumah. Sebetulnya Luisa tadi menelepon untuk minta ditemani jalan-jalan di mall. Tetapi dia lagi malas keluar. Ryan ingin segera pulang ke rumah. Dilihatnya lampu luar guest house belum menyala dan mobil Arini tidak ada di garasi. Berarti Arini belum pulang. Ryan makan malam sendiri.
Jam 10 didengarnya mobil Arini datang. Dan 10 menit kemudian mbok Nah datang untuk membersihkan meja. Ryan melarang karena Arini belum makan. Mbok Nah bilang kalau Arini makan di dapur. Ryan bertanya mengapa makan di dapur. Mbok Nah jawab karena Arini ingin memasak sendiri masakan kesukaannya dan langsung memakannya.

......................................................................................................................................

Ketika sarapan pagi jam 8, Ryan melihat Arini sedang berenang. Dilihatnya 2 piring masih menelungkup. Ryan sarapan sendiri seperti biasanya. 30 menit kemudian Ryan berangkat ke kantor. Dan dia sudah tidak melihat Arini di kolam renang.
Begitulah setiap hari selama pak Rasyid di Kalimantan. Arini selalu berusaha tidak masuk ke rumah induk apabila Ryan di rumah. Dan Ryan selalu penasaran untuk selalu tahu keberadaan Arini. Karena dia merasa tidak pernah bertemu langsung walaupun tinggal satu rumah.

........................................................................................................................................

Pada hari kelima, Arini bangun jam 5. setelah olah raga dan mandi dia meneruskan desain interior hotel temannya di Surabaya yang akan dikerjakan bulan depan. Pagi itu Arini mendapat ide tentang penempatan lukisan di lobby dan suite room. Jam 7.50 dia sudah tidak tertahan laparnya. Dia baru ingat, kalau kemaren malam tidak makan. Karena datang jam 9 langsung mandi dan tidur.
Saat Arini sarapan, Ryan datang ke meja makan.
Arini : selamat pagi
Ryan : Pagi.
Suasana sunyi. diam. Hanya terdengar suara sendok. Arini menyelesaikan sarapan secepat mungkin agar terhindar dari suasana tidak enak tersebut. Ketika Arini akan beranjak dari tempat duduknya, Ryan berkata,
Ryan : mengapa tidak pernah makan di meja makan? Menghindar dari saya atau takut?
Arini : tidak ada alasan bagi saya untuk menghindar atau takut
Ryan : terus...
Arini : tidak terus tapi berhenti (sambil tersenyum)
Wajah Ryan melunak
Ryan : maafkan aku atas kekasaranku selama ini
Arini : tidak ada yang perlu dimaafkan. Maafkan saya juga kalau tidak dapat menyediakan kopi dan capucino di rumah maupun di kantor. Kalau masih menginginkan dapat beli sendiri di cafe atau supermarket. Jadi kalau nanti anda sakit lambung lagi, paling tidak saya dapat menenangkan diri sendiri kalau bukan makanan atau minuman yang saya sediakan yang menyebabkan itu. Tapi jangan kuatir, kalau di rumah sakit saya akan ikut merawat.
Ryan : bisa tidak memanggil saya anda?
Arini : bagaiman memanggil yang sopan?
Ryan : panggil saja Ryan
Arini : maaf, tidak bisa
Ryan : mengapa?
Arini : tidak sopan
Ryan : kalau mas?
Arini : susah
Ryan : apanya yang susah
Arini : ya susah aja
Ryan : terserah kamulah mau panggil aku apa. Aku berangkat dulu ke kantor.
Arini : ya, hati-hati
Ryan tersentak mendengar perkataan Arini. Dia begitu tersentuh. Dari kata-kata sederhana itu dia dapat menangkap kepedulian yang sangat besar dari Arini untuknya.
Ryan masuk ke kamarnya untuk mengambil tas. Saat keluar dilihatnya arini sedang membersihkan meja, Ryan tersenyum ketika mata mereka beradu. Arini tersenyum pula saat melihatnya.

...................................................................................................................................

Ryan selalu teringat dengan senyum manis Arini selama menyetir mobilnya. Sesampai di kantor, dia berpesan ke sekretarisnya, kalau Arini datang membawa makan siang, tolong untuk memberitahunya. Dan perintahkan ob untuk tidak di dapur selama Arini mempersiapkan makan siang.
Jam 12.05 sekretarisnya menelepon, kalau Arini sedang menuju dapur untuk mempersiapkan makan siang. Ryan menyusul ke dapur dan menyapa Arini. Selagi Arini mempersiapkan di piring, Ryan mengambil piring sendok garpu dan gelas kosong. Setelah itu dia mendahului pergi ke ruangannya.
Arini datang mengetuk dan membuka pintu.
Arini : siang. Maaf ob tidak berada di dapur. Jadi saya antarkan
Ryan : siang juga. Letakkan di meja bulat itu.
Arini : tidak di meja biasanya?
Ryan : tidak. Disitu saja
Di meja bulat sudah tersedia dua kursi dan piring sendok garpu serta gelas yang diambil Ryan sendiri di dapur.
Ryan : duduklah. Ayo kita makan bareng makanan ini
Arini : hah..
Ryan : kenapa. Kamu kasih racun yo, sehingga kamu nggak mau makan makanan ini
Arini : bukan. Makanannya bersih kok. Tapi heran aja
Ryan : kenapa heran. Ayo makan. Mau nasi seberapa.
Arini : jangan banyak-banyak. Tadi khan Cuma bawa satu porsi untuk kamu.
Ryan : alhamdulillah
Arini : Kenapa?
Ryan : kamu sudah bisa berkamu denganku
Arini : maaf
Ryan : ndak pa pa. Aku suka kok
Makan siang terjadi dalam suasana penuh keakraban. Desertnya puding dengan es krim. Ketika makan es krim, Arini berlepotan. Ryan berdiri dan mengambil tisu di mejanya. Diusapnya lembut bibir Arini dengan tisu.
Ryan : maaf. Berlepotan
Wajah Arini merah karena malu.
Ryan : terimakasih sudah menemaniku makan siang. Mau kemana setelah ini?
Arini : akan ke perajin keramik untuk memberikan desain.
Ryan : dimana?
Arini : di Bogor
Ryan : hah .. Bogor? Dengan siapa?
Arini : seperti biasanya. Sendiri
Ryan : gila kamu. Langsung pulang khan?
Arini : ya iyalah. Kalau nggak pulang mo nginep dimana.
Ryan : tak antar ya
Arini : please deh. Seperti biasalah. Aku khan biasanya juga sendiri urus seperti ini.
Ryan : tapi khan selama ini aku nggak tahu. Setelah tahu aku jadi khawatir.
Arini : tenang. Aku khan udah biasa urus begini sendiri. Ok
Ryan : ok. Hati-hati ya. Kalau ada apa-apa telepon ya!
Arini : telpon? Kemana? Ke rumah?
Ryan : bukan. Ke hpku
Arini : maaf, aku belum punya nomernya
Ryan : aduh, lupa aku. Aku khan juga belum mempunyai nomermu.
Mereka tertawa bersama dan saling menukar nomor hp.

...................................................................................................................................

DICERITSKSN bagaimana paniknya Ryan ketika jam 9 Arini belum datang. Padahal Luisa sedang menginap di rumah Ryan. Sehingga Luisa cemburu

Jam 8 malam Ryan sudah datang. Dilihatnya lampu guest house belum menyala dan mobil Arini tidak ada di garasi. 30 menit kemudian Luisa datang. Ryan sedang mandi saat Luisa datang. Luisa langsung masuk ke kamar Ryan. Mereka makan bersama. Ryan makan dengan gelisah karena memikirkan Arini belum datang. Luisa berusaha mencairkan suasana yang dingin.
Jam 21.30 mbok Nah membereskan meja makan.
Ryan : jangan dibereskan. Arini belum makan
Mbok Nah: kata non Arini, kalau dia belum datang sampai jam 9 malam, tolong dibersihkan saja meja makannya kalau tuan sudah selesai. Tidak usah menunggu non Arini makan.
Ryan : ya sudah

..................................................................................................................................

Jam 10 Arini belum datang. Ryan mondar-mandir sambil menelepon. Tetapi Arini tidak mengangkat teleponnya. Sepuluh menit kemudian Arini datang. Ryan langsung marah ke Arini,
Ryan : mengapa kamu tidak mengangkat telepon?
Arini : maaf. Saya mendengar panggilan itu. Tetapi saya tidak pernah mengangkat telepon saat mengemudi. Mari. Selamat malam Luisa.
Luisa : Malam
Ryan : Sudah makan?
Arini : terimakasih
Arini masuk ke dapur

......................................................................................................................................

Luisa dan Ryan kembali ke ruang tengah. Sambil duduk berdampingan menonton tv
Luisa : kenapa kamu marah sama Arini?
Ryan : sebel aja. Ditelepon kok tidak diangkat. Dia gak tahu apa, kalau aku khawatir.
Luisa : mengapa khawatir?
Ryan : ini khan sudah malam. Belum datang. Ditelepon tidak diangkat
Luisa : aneh
Ryan : kamu yang aneh.
Luisa : Ada apa dengan kamu?
Ryan : ada apa? Tidak ada apa-apa.
Luisa : sepertinya kamu khawatir banget
Ryan : ya, aku khawatir banget
Luisa : (menghela napas panjang) sepertinya kamu sudah jatuh cinta
Ryan menoleh kaget ke Luisa

........................................................................................................................................

Di dapur Arini tidak menemukan mbok Nah. Mungkin sudah tidur. Karena sudah malas makan, Arini hanya makan apel dan membuat segelas susu panas. Sambil membawa kue, Arini kembali ke kamarnya.
Setelah mandi, Arini teringat dengan contoh kayu, keramik, dan kain di bagasi mobilnya. Diturunkan semua contoh itu dari mobilnya. Sambil menggambar di atas kertas, Arini melihat televisi.

...................................................................................................................................

Luisa sudah tidur di kamar Ryan. Ryan tidak dapat tidur. Dia pergi ke ruang kerja ayahnya. Diambil sebuah buku dan berusaha untuk membacanya. Akan tetapi dia tidak bisa berkonsentrasi. Dibukanya komputer. Ryan browsing sambil membaca email. Tidak terasa sudah jam 1 dini hari. Dimatikannya komputer. Dia keluar di dekat kolam renang. Dilihatnya lampu guest house masih menyala. Ryan mengetuk pintu guest house.
Ryan : (knok...knok...knok..) Arini, ini aku
Arini : (membuka pintu) silakan masuk
Ryan : masih sibuk
Arini : tidak juga. Mumpung lagi punya mood. Ada perlu?
Ryan : maaf. Tadi aku marah-marah sama kamu
Arini : ndak apa-apa kok. Lumayan. Obat diet
Ryan : kok obat diet
Arini : gimana tidak menjadi obat diet. Aku langsung kenyang. Padahal tadi lapar banget. Lumayan khan. Jadi obat diet
Ryan : jadi belum tidur sampe jam segini karena lapar?
Arini : tidak juga. Karena emang belum ngantuk. Boleh aku tahu mengapa tadi marah banget. Bener-bener bikin aku kenyang dan tidak mengantuk karena semprotanmu tadi.
Ryan : tahu nggak sih kamu itu. Kalau aku sangat khawatir. Udah malam. Telepon ndak diangkat.
Arini : mengapa harus khawatir. Aku sudah biasa seperti itu. Jam berapapun pasti pulang ke rumah.
Ryan : tetapi aku khawatir
Arini : sudahlah. Aku khan sudah selamat sampai rumah.
Ryan : Don’t do it again
Arini : Which’s one?
Ryan : both. Late back home and cannot be reached by phone
Arini : why?
Ryan : no special reason
Arini hanya dapat tersenyum dan diam saja.
Ryan : oke. Aku balik ya. Good night and have nice dream
Arini : you too.
Ryan keluar dari guest house dan Arini menutup pintunya.

………………………………………………………………………………………..

Sejak saat itu Ryan sudah dapat menerima keberadaan Arini di rumahnya. Ketika pak Rasyid datang dari Kalimantan, beliau dapat melihat perubahan yang terjadi pada anaknya. Sekarang Ryan mau sarapan dan makan malam bersama. Terlihat juga Ryan bersikap manis pada Arini.
Arini sedang sibuk untuk mempersiapkan segala sesuatunya yang akan dikerjakan saat di Surabaya minggu depan. Dia sudah mengirimkan keramik untuk interior hotel, mengepak lukisan dari kain perca, serta sedang merancang furniture, peralatan makan, serta hiasan perak. Rencananya dia akan pergi ke Surabaya selama 1 minggu. Sebelumnya dia mampir dulu ke Kasongan untuk pesan hiasan perak, dan ke Jogjakarta untuk pesan peralatan makan untuk tamu hotel dan furniture yang akan diletakkan di lobby dan suite room.

.....................................................................................................................................

Arini sudah mempersiapkan semua urusannya di rumah pada mbok Nah. Dan urusan yayasan pendidikan dapat dilakukan dari Surabaya.
Saat makan malam sebelum Arini berangkat ke Jogjakarta. Jam 7 Ryan sudah pulang dari kantor. Pak Rasyid, Ryan, dan Arini makan malam bersama.
Arini : seberapa nasinya pak?
Pak Rasyid : sedikit saja. Sama sayur itu aja.
Arini : lauknya pak?
Pak Rasyid : ndak usah. Nanti tak ambil sendiri.
Arini : mana piringnya Ryan
Ryan : terimakasih. Aku tak ambil sendiri saja
Pak Rasyid : kamu besok berangkat jam berapa?
Arini : pesawatnya jam 11. saya berangkat dari rumah jam 8. boleh saya pinjam pak Sapto untuk antar saya pak? (Arini bertanya ke pak Rasyid)
Ryan : aku besok yang antar kamu ke bandara
Arini : jangan. Ndak perlu. Biar pak Sapto aja yang antar
Pak Rasyid : besok aku juga berangkat setelah sarapan ke Depok untuk nemuin temanku. Kamu biar diantar Ryan aja ya Arini. Maaf ya
Arini : ndak pa pa pak. Biar saya nanti naik taxi saja kalau begitu.
Ryan : ndak usah naik taxi. Besok aku yang antar. Berapa hari kamu pergi?
Arini : di Jogja 2 ato 3 hari. Sedangkan di Surabaya minimal seminggu. Tapi bisa-bisa sampai satu bulan.
Ryan : lama banget.
Pak Rasyid : kenapa? Apa kamu nanti bakal kangen sama Arini kalau dia pergi lama?
Ryan : (sambil tersipu) ya bukan begitu
Pak Rasyid : terus kenapa?
Ryan : ya... ndak pa pa.
Arini : bapak pintar menggoda juga
Ryan : itulah bakat terpendam papa. Suka ledekin orang
Pak Rasyid : aku hanya ledekin orang yang kucintai dan pada saat yang tepat

......................................................................................................................................

Arini tidak pas hatinya kalau ke bandara diantar Ryan. Setelah sarapan dipanggilnya taxi. Pak Rasyid sudah pergi ke Depok dengan pak Sapto setelah sarapan. 10 menit kemudian taxi datang. Arini memasukkan barang-barangnya ke bagasi taxi. Kemudian dia ke kamar Ryan untuk pamit.
Arini : (knok knok)
Ryan : (membuka pintu) sudah siap. Sebentar ya (sambil balik dan mengambil tas)
Arini : tidak usah diantar. Aku sudah panggil taxi. Barang-barangku sudah ditaxi
Ryan : apa?
Sambil menatap tajam Arini. Dia banting pintu kamarnya dan langsung pergi ke depan. Ryan menghampiri sopir taxi.
Ryan : maaf pak ndak jadi. Tolong barang-barang ini dipindah ke mobil itu. Dan ini uang ganti ruginya(sambil menyodorkan uang 50 ribu)
Sopir taxi : baik pak. Terimakasih
Taxi pergi setelah barang Arini dipindahkan ke mobil Ryan.
Ryan : masuk (sambil membukakan pintu mobil untuk Arini)
Arini masuk ke mobil. Kemudian mereka pergi bersama ke bandara.

......................................................................................................................................

Ada seperempat jam mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing-masing. Ryan masih berusaha menenangkan dirinya yang sedang marah, sedangkan Arini melihatnya sambil ketakutan.
Ryan : tahu gak sih kamu kalo aku marah banget. Mengapa panggil taxi? Aku kemaren kan sudah bilang akan antar kamu.
Arini : ngapain marah banget sih. Aku kan gak mau ngrepotin kamu, maka aku panggil taxi.
Ryan : siapa yang direpotin.. sebel aku
Arini hanya diam saja. Setelah 5 menit.
Ryan : kok diam saja
Arini hanya menoleh dan menghela napas panjang. Setelah itu merilekkan badan serta menutup matanya.
Ryan : jangan gitu dong. Marah ya
Arini : (sambil masih tetap memejamkan matanya) aku tidak suka bertengkar apalagi di pagi hari. Saat kamu marah seperti tadi, aku selalu kehilangan kata-kata
Ryan : maaf.
Arini : ndak pa pa. Aku juga minta maaf membuatmu marah tadi.
Ryan : (sambil tersenyum menggoda) boleh marahnya saat kapan?
Arini : kalau bisa jangan marah ya. Aku takut
Ryan : kenapa takut?
Arini : karena sejak awal aku kenal kamu, selalu ketakutan
Ryan langsung mengerem dan meminggirkan mobilnya. Saat itu mereka sudah sampai di tol bandara. Dia keluar dan membuka pintu samping tempat duduk Arini. Kemudian sambil berlutut dia menangis. dan diraihnya tangan Arini.
Ryan : dari lubuk hatiku yang paling dalam aku menyesal telah menyebabkan suamimu meninggal. Kejadian itu karena kecerobohanku. Itulah kejadian yang paling aku sesali dalam hidupku. Maukah kamu memaafkan aku, Arini?
Arini kaget. Kemudian dia berdiri.
Arini : sudahlah Ryan. Aku sudah memaafkan sejak lama. Umur adalah takdir. Dan aku ikhlas menerimanya. Heh.. jangan nangis gitu dong. (sambil mengusap air mata Ryan) Jelek. Heh.... jam berapa ini? Aku telat lho.
Ryan mencium tangan Arini. Mereka melanjutkan perjalanan. Saat masuk gerbang bandara
Ryan : terminal berapa Arini?
Arini : 1A
Ryan : hah... 1A. Are you serious? Mengapa pakai low cost carrier? Setelah ini jangan naik dari sini? Ok?
Arini : mulai deh.. marah-marah. Ngatur. Nggak boleh ini nggak boleh itu.
Ryan : bukannya aku mau marah lagi atau sok ngatur. Tapi aku khawatir. Saat dari Jogja ke Surabaya jangan naik low cost carrier ya.
Arini : kenapa. Khan murah. Bonus selamat lagi
Ryan : jangan main-main kamu. Ini serius.
Arini : emangnya aku hidup kurang serius apa?
Ryan : pokoknya sampai sana harus telepon. Kalau kelamaan aku yang akan telepon.
Arini : sudahlah. Tenang aja. Aku berangkat ya
Ryan : hati-hati ya. Jangan lupa selalu telepon

.....................................................................................................................................

Ternyata Ryan yang sering telepon. Dia bisa telepon berjam-jam kalau malam. Sampai Arini mengantuk dan tertidur, Ryan masih cerita di ujung telepon. Sadar kalau tidak ada respon, baru Ryan mematikan hpnya.

......................................................................................................................................

cerita tentang kegiatan Arini selama di Surabaya

.......................................................................................................................................

Cerita bagaimana gundahnya Ryan selama Arini pergi.

Wednesday, 9 January 2008

sunset

hari-hari terakhir ini adalah hari yang berat
uas ...
tugas akhir semester...
persiapan penyelenggaraan seminar internasional
satu-satu selesai seiring dengan waktu

sambil menunggu waktu
terlihat sunset
merah
jingga
kelabu
indah banget

kala lihat seperti itu
ku teringat pada seseorang
yang begitu terpesona melihat sunset
dari jendela lab tercinta

how are you?
i miss u
all great 4 u
take care

i love u on my way