Tuesday 24 June 2008

MY BELOVED DAUGHTER



TIKA ARINING WARDHANI. Terlepas dia adalah anakku sendiri, tapi dia adalah sahabat yang paling mengerti diriku. Semua hal yang ada pada diriku adalah dia.

Aku yang begitu cenderung maskulin, tapi aku punya anak yang feminin. Walaupun karena keadaan. Dia tidak bisa pake celana karena perutnya gendut. Jadi kalau pake celana tidak bebas bergerak. Pakai baju ketat tidak nyaman, jadi bajunya model daster tapi yang manis. Urusan rambut, pernah suatu saat aku potong pendek rambutnya karena dia tidak mau merapikan rambutnya. Trus setelah melihat hasilnya, dia bilang jangan potong lagi karena seperti laki-laki. Jadi rambut kriwulnya tidak pernah pendek lagi.

Saat anakku usia 4 tahun dia sudah mau lulus TK. Jadi waktunya untuk mencari SD. Dia maunya sekolah Islam di Pucang. Waktu aku tanya alasannya jawabannya sangat sederhana.
Teman TK nya yang paling terkenal, ganteng, dan pinter, akan sekolah disitu. Eki nanti jadi pacarku lho ma. Ha .... kaget tenan aku. Memangnya sekarang sudah pacaran, tanyaku. Belum ma. Nanti kalau sudah besar, kata Tika. Tapi jangan bilang papa ya, nanti aku dimarahi, tambahnya. Wow... aku takjub dengan perbendaharaan katanya dan daya nalarnya. 4 tahun gitu lho.


Saat itu aku masih studi S1. Dia mempunyai jadwal rutin yang sangat teratur. Kapan sekolah, kapan main, kapan tidur, kapan ngaji, kapan les dan lain-lain sudah ada jadwalnya dan dipenuhi. Tidak ada masalah bagi diriku untuk selesaiin kuliah. Tetapi memang tidak bisa cepat. Gimana mau cepat, mau ambil sks normal (18 sks) aja akhir semester sebelum ujian aku sudah terbaring di rumah sakit. Berat banget tugas kuliah di Arsitektur itu. Sisi pengertian anakku diantaranya yaitu tidak pernah menggangguku saat banyak berkas tugas berserakan di tempat belajarku. Teman-temannya yang akan main di rumah pasti diajak ke tempat yang kosong. Jangan ganggu mamaku. Biar cepet lulus biar nanti aku sering diajak main. how.. so sweet...

Tetapi takdir berkata lain. Beliau datang dan pergi di saat aku masih di S1. Dia datang waktu akhir semester 1. Saat itu dosen killer banget dan aku tidak berani bolos. Akhirnya minta ijin untuk pulang dulu. Jam 12 pulang, jam 3 sore melahirkan di RS Dr Soetomo.
Beliau pergi ketika aku kuliah kurang 2 semester saat aku mengambil mata kuliah seminar. Tugas mingguan yang harusnya dikumpulkan hari Jumat minggu depan, sudah bisa aku selesaikan hari Jumat minggu ini. Langsung kutitipkan ke temanku untuk dikumpulkan. Ternyata setelah pulang aku mendapati panas badan anakku makin tinggi. Hari Senin masa puncak sakitnya, dan Selasa jam 6 pagi 2 April 1996 beliau pergi untuk selama-lamanya.

Separo hidupku terhempas keras di tanah. Membuatku pingsan selama 9 tahun. I love you so much my beloved daughter. You are still living in my heart

Tak Ada Yang Abadi
oleh Peterpan

Takkan selamanya tanganku mendekapmu
Takkan selamanya raga ini menjagamu

Seperti alunan detak jantungku
Tak bertahan melawan waktu
Semua keindahan yang memudar
Atau cinta yang telah memudar

Reff:
Tak ada yang abadi
Tak ada yang abadi
Tak ada yang abadi
Tak ada yang abadi

Biarkan aku bernafas sejenak
Sebelum hilang

Tak kan selamanya tanganku mendekapmu
Tak kan selamanya raga ini menjagamu
Jiwa yang lama segera pergi
Bersiaplah para pengganti

Back to Reff

5 comments:

Anonymous said...

hai An, tulisan ini yg waktu itu mau tak komentari tapi ga bisa..
Tadinya sempet ga jadi, khawatir membangkitkan sad memory, tapi saya kira justru tidak ,justru akan membangkitkan semangatmu, aku ingat betul pertama kali kamu membawanya ke kampus, dikerubuti n dicubiti anak2, tapi begitu lihat aku yang gondrong dia menangis sekenceng kencengnya hahaha.... An ,dia pasti pasti sekarang bangga punya Ibu yg gigih ,tegar dan calon S2 lagi...:)

bob

Unknown said...

terimakasih bob.. sampean masih ingat ama dia

Anonymous said...

Semua kejadian adalah jalan hidup...
ada hikmah yang terkandung didalamnya yang akan dirasakan dikemudian hari...
salam do'a untuk semua...

hen'r

Anonymous said...

Satu hasil penulisan yang bagus dan mengguris jiwa. Ingatlah, semua yang berada dalam tangan kita di dunia ini hanyalah pinjaman semata-mata. Sampai masanya, kita perlu redha memulangkan kembali kepada yang hak. Sabar, itulah sahaja kekuatan yang boleh kita jadikan sebagai sandaran kita,ingat, bersabarlah dan bersyukur terhadap apa yang diberi.

Unknown said...

thanks all for your comment in this site