Pada kawasan permukiman rawan bencana longsor di Desa Depok dan Desa Jambu, Kecamatan Bendungan mempunyai karakteristik yang sama. Selain terletak pada lahan yang mempunyai kemiringan di atas 17,5%, permukaan datar pekarangan permukiman ini dibuat dengan cara memotong kelerengan bukit hingga rata untuk dapat dibangun rumah-rumah kampung. Pola permukiman pada kedua desa tersebut menyebar. Kelompok-kelompok rumah hanya terdiri dari 3 hingga 7 rumah saja. Kepadatan bangunan pada kawasan permukiman tergolong sangat rendah. Rumah-rumah mempunyai akses jalan setapak dan beberapa kelompok mempunyai pekarangan sendiri.
Ditinjau dari struktur bangunannya, rumah-rumah yang dibangun tidak mempunyai standar kekokohan terhadap bencana alam. Kolom-kolom penyokong utama bangunan mempunyai dimensi kecil hingga tidak dibuat dengan penulangan yang layak. Dinding difungsikan sebagai pengisi dan pemikul terbuat dari batu bata, kayu, dan bambu. Klasifikasi kondisi bangunan dari yang permanen, semi permanen hingga non-permanen. Dinding bangunan sebagian besar tidak diselesaikan dengan pelindung dari plester semen ataupun cat, sehingga tidak tahan terhadap cuaca.
Kenyamanan bangunan cukup diperhatikan dengan adanya bukaan-bukaan jendela dan pintu pada setiap sisi ruang, khususnya pada bangunan permanen dan semi permanen.
Pada kawasan permukiman rawan gelombang air laut pasang di Pantai Tasikmadu Kabupaten Trenggalek, kelerengan lahan relatif datar. Permukiman-permukiman yang ada merupakan milik kaum nelayan dan para pedagang hasil laut dan untuk kebutuhan wisatawan lokal. Permukiman dibangun mengelompok dan pada umumnya mempunyai tata letak linier mengikuti jalan akses lingkungan yang memanjang mengikuti pantai. Jarak antara permukiman di pantai dengan air laut saat pasang kurang dari 50 meter dengan kemiringan lahan 0 – 3%.
Permukiman pada umumnya mempunyai kondisi semi permanen, dinding terbuat dari material kayu dan bambu. Permukaan selubung dinding bangunan sebagian besar tidak terlindung terhadap cuaca. Hanya beberapa bangunan rumah dan tempat pelelangan ikan yang dindingnya terbuat dari bata diplester. Kondisi ventilasi dan pencahayaan di dalam bangunan relatif cukup, meskipun di beberapa rumah semi permanen lebih tertutup tidak dilengkapi jendela, tetapi dinding-dinding dari bambu memberikan penghawaan yang baik.
No comments:
Post a Comment