Showing posts with label Disaster. Show all posts
Showing posts with label Disaster. Show all posts

Thursday, 9 April 2009

PERMUKIMAN SEPANJANG DAS BENGAWAN SOLO DI KANOR, BOJONEGORO

Kecamatan Kanor merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Bojonegoro yang terdampak banjir sangat parah. Permukiman di wilayah ini membentuk kluster-kluster perdesaan. Sebagian besar pekerjaan masyarakatnya adalah sebagai petani. Kehidupan masyarakat sangat tergantung pada Sungai Bengawan Solo, baik sebagai sumber air irigasi, perikanan, sumber tambang pasir, dan lain-lain. Kenaikan level air Sungai Bengawan Solo sangat cepat, bahkan terkadang dalam waktu 1 jam sudah lebih tinggi 1 meter dibandingkan sebelumnya.





Sumber: Hasil Survey Maret 2008

Kondisi sebagian besar rumah di sepanjang DAS Bengawan Solo (Kec. Kanor) adalah sbb:
- dinding: bata tanpa plester atau dari bambu.
- lantai: tanah.
- atap: genteng.
- ketinggian lantai: hampir sejajar dengan permukaan air sungai.
Ketinggian lantai permukiman di Kecamatan Kanor hampir sama dengan ketinggian air sungai pada saat banjir normal. Jadi apabila terjadi banjir bandang maka akan cepat masuk ke rumah warga sekitarnya.


Sumber: Hasil Survey Maret 2008

Permukiman di Kec. Kanor yang lokasinya di dekat DAS Bengawan Solo.
Dari gambar di samping terlihat bahwa banyak rumah penduduk yang lokasinya melebihi batas Daerah Aliran Sungai (yang harusnya bebas bangunan).
DAS Bengawan Solo memiliki karakteristik yang sangat khas dalam delineasi wilayahnya, yaitu tidak bisa diukur secara pasti dari waktu ke waktu. Derasnya arus mengakibatkan pengikisan tajam di salah satu sisinya, sedangkan dalam waktu yang bersamaan di sisi lainnya, terjadi sedimentasi. Hal ini mengakibatkan banyak penduduk yang kehilangan tanahnya sedangkan di sisi lainnya terdapat penduduk yang mendapatkan tanah garapan baru akibat sedimentasi.

KEJADIAN BENCANA BANJIR

Kejadian bencana banjir tanggal 29-31 Desember 2007 merupakan kejadian banjir terbesar di Kabupaten Bojonegoro. Bencana tersebut melanda 149 desa di 15 (lima belas) wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Bojonegoro, Kapas, Balen, Sumberejo, Kanor, Baureno, Ngraho, Margomulyo, Padangan, Purwosari, Kasiman, Malo, Kalitidu, Trucuk, Semabung. Kawasan tersebut terletak di sepanjang DAS Bengawan Solo khususnya bagian utara DAS. Bagian utara tersebut relatif lebih rendah dibandingkan bagian sebelah selatan. Banjir ini diperparah karena bersamaan dengan kondisi air laut pasang setinggi 2 (dua) meter sehingga memperlambat aliran air ke laut. Banjir masih terjadi sampai dengan Maret 2008 atau seiring dengan masuk ke musim kemarau.

Daerah rawan banjir di Kabupaten Bojonegoro adalah Kecamatan Balen, Baureno, Bojonegoro, Dander, Kalitidu, Kanor, Kapas, Kasiman, Kepohbaru, Malo, Margomulyo, Ngasem, Ngraho, Padangan, Purwosari, Sugihwaras, Sumberejo, dan Trucuk. Dampak kerugian terhadap permukiman adalah 177 rumah hancur total, 3.369 rusak sedang dan 33.218 rusak ringan. Jalur transportasi Bojonegoro-Cepu lumpuh, jalan raya maupun rel KA terendam. Ruas jalan dalam kota dengan tingkat kerusakan 5% s/d 80% sepanjang 47,076 km, dan jalan poros kabupaten sepanjang 92,2 km serta jalan poros desa sepanjang puluhan km mengalami kerusakan total 100%.

Banjir yang berjalan kurang lebih 4 bulan (Desember 2007 – Maret 2008) mengganggu perekonomian Kabupaten Bojonegoro. Berdasarkan www.pu.go.id, 1 Agustus 2008, kerugian yang ditimbulkan mencapai 600 M rupiah yang terdiri dari kerusakan di bidang infrastruktur, permukiman, ekonomi, dan lain-lain. Pengungsi mencapai hampir mencapai 200 ribu jiwa yang ditampung di fasilitas umum seperti sekolah dan fasilitas ibadah.


Sumber: Hasil survei Maret 2008
Debit air sungai DAS Bengawan Solo di Kec. Kanor pada saat mendapat banjir kiriman (Maret 2008). Tampak air meluap menggenangi lahan permukiman di sepanjang DAS.
Akibat sulitnya delineasi DAS Bengawan Solo, terdapat permukiman di salah satu sisi DAS Bengawan Solo yang berada makin dekat dengan bibir sungai. Apabila air sungai meluap akan mudah mencapai permukiman di sekitarnya. Vegetasi disepanjang bantaran adalah vegetasi akar serabut, seperti misalnya bambu, tanaman pekarangan warga, dan lain-lain.

Debit air sungai yang cukup tinggi di DAS Bengawan Solo di Kec. Kanor pada saat mendapat banjir kiriman (Maret 2008). Tampak saluran air yang airnya mengalir dari Sungai Bengawan Solo ke arah permukiman penduduk (bukan sebaliknya).
Terdapat perbedaan yang signifikan antara level air saat banjir di musim hujan dengan di musim kemarau seperti yang terlihat pada gambar 2.6 di bawah ini. Level sungai pada musim kemarau + 5-6 meter dari bagian atas lereng sungai. Pada musim hujan air mengalir ke permukiman sampai hampir 400 m dari bibir sungai. Permukiman penduduk di sekitar sungai terletak sekitar 1,5 meter, yang berupa jalan setapak, dari bibir DAS Bengawan Solo.


Sumber: Hasil survei Agustus 2008
Permukiman penduduk yang terletak di sempadan sungai Bengawan Solo. Level sungai + 5-6 meter dari permukaan jalan di samping DAS Bengawan Solo.
Permukiman penduduk sebagian besar merupakan bangunan semi permanen yang terbuat dari anyaman bambu, lantai tanah, dan beratapkan genteng. Pola permukiman menyebar tidak sesuai dengan pola jalan setapak yang ada. Terdapat jarak yang cukup antar rumah sebagai sirkulasi, baik manusia, barang maupun angin dan pencahayaan.

Friday, 13 March 2009

Lahan Bekas Tambang



Kegiatan penambangan merupakan bisnis yang menggiurkan karena Indonesia memiliki
potensi besar. Jenis Kegiatan penambangan terbagia atas 3 jenis, yaitu Galian A, B, dan C.

Tambang galian A merupakan tambang strategis yang menguasai hajat hidup orang banyak seperti minyak, gas bumi, dan batubara. Tambang galian B merupakan tambang vital seperti emas dan bauksit. Sedangkan tambang galian C merupakan kegiatan selain di atas. Kegiatan tambang ini memerlukan biaya relatif rendah dibandingkan kedua sebelumnya. Kegiatan tersebut adalah batu, granit, marmer dan pasir.

Minggu ini kami survei lahan bekas tambang PT Semen Gresik di Babat Lamongan. Lahan tersebut terletak di Gunung Pegat, sekitar 2 km ke arah selatan dari pasar Babat. Pegunungan kapur tersebut merupakan jalur memanjang pegunungan dan yang terpotong untuk dibangun jalan antara Babat - Jombang. PT Semen Gresik mengeksploitasi bagian timur sedangkan sebelah barat oleh PT Wirabhumi. Keduanya merupakan BUMN. Akan tetapi PT Semen Gresik sudah tidak melakukan kegiatan eksploitasi sejak tahun 1997 dengan alasan tidak ekonomis. Karena lahan ini relatif jauh dengan pabrik pengolahan. Masyarakat setempat masih melakukan kegiatan penambangan secara manual dan mandiri. Dari sudut pandang PT SG selaku pemilik, kegiatan penambangan oleh masyarakat setempat dapat dikatakan ilegal.

Monday, 9 March 2009

KAWASAN RAWAN LONGSOR KABUPATEN TRENGGALEK

Pada kawasan permukiman rawan bencana longsor di Desa Depok dan Desa Jambu, Kecamatan Bendungan mempunyai karakteristik yang sama. Selain terletak pada lahan yang mempunyai kemiringan di atas 17,5%, permukaan datar pekarangan permukiman ini dibuat dengan cara memotong kelerengan bukit hingga rata untuk dapat dibangun rumah-rumah kampung. Pola permukiman pada kedua desa tersebut menyebar. Kelompok-kelompok rumah hanya terdiri dari 3 hingga 7 rumah saja. Kepadatan bangunan pada kawasan permukiman tergolong sangat rendah. Rumah-rumah mempunyai akses jalan setapak dan beberapa kelompok mempunyai pekarangan sendiri.

Ditinjau dari struktur bangunannya, rumah-rumah yang dibangun tidak mempunyai standar kekokohan terhadap bencana alam. Kolom-kolom penyokong utama bangunan mempunyai dimensi kecil hingga tidak dibuat dengan penulangan yang layak. Dinding difungsikan sebagai pengisi dan pemikul terbuat dari batu bata, kayu, dan bambu. Klasifikasi kondisi bangunan dari yang permanen, semi permanen hingga non-permanen. Dinding bangunan sebagian besar tidak diselesaikan dengan pelindung dari plester semen ataupun cat, sehingga tidak tahan terhadap cuaca.

Kenyamanan bangunan cukup diperhatikan dengan adanya bukaan-bukaan jendela dan pintu pada setiap sisi ruang, khususnya pada bangunan permanen dan semi permanen.

Pada kawasan permukiman rawan gelombang air laut pasang di Pantai Tasikmadu Kabupaten Trenggalek, kelerengan lahan relatif datar. Permukiman-permukiman yang ada merupakan milik kaum nelayan dan para pedagang hasil laut dan untuk kebutuhan wisatawan lokal. Permukiman dibangun mengelompok dan pada umumnya mempunyai tata letak linier mengikuti jalan akses lingkungan yang memanjang mengikuti pantai. Jarak antara permukiman di pantai dengan air laut saat pasang kurang dari 50 meter dengan kemiringan lahan 0 – 3%.

Permukiman pada umumnya mempunyai kondisi semi permanen, dinding terbuat dari material kayu dan bambu. Permukaan selubung dinding bangunan sebagian besar tidak terlindung terhadap cuaca. Hanya beberapa bangunan rumah dan tempat pelelangan ikan yang dindingnya terbuat dari bata diplester. Kondisi ventilasi dan pencahayaan di dalam bangunan relatif cukup, meskipun di beberapa rumah semi permanen lebih tertutup tidak dilengkapi jendela, tetapi dinding-dinding dari bambu memberikan penghawaan yang baik.