Setiap hari aku membaca minimal 2 koran nasional. Yang satu langganan tetap di rumah sedangkan yang lainnya beli di jalan. Aku membeli koran di traffic light depan Konjen Amerika. Di situ terdapat difabel yang berjualan koran. Begitu melihat motorku dan keadaan memungkinkan untuk berhenti, maka dia sudah menyodorkan korannya padaku.
Tadi pagi saat aku membeli koran, lampu merah masih dalam 80 detik. Dia berjalan dengan sempoyongan dan susah ke tengah untuk melayani pembeli. Sampai detik ke 3 dia belum ke pinggir. Saat lampu hijau dia baru ke pinggir dengan koran tercecer di bawah mobil. Untung pengendara mobil tersebut sabar menunggu dia mengambil koran-korannya... Huh miris aku melihatnya. but... it's a life.
I am proud of you although I don't know who you are... Keep fight for your better living
Friday, 30 October 2009
Monday, 26 October 2009
Deg-degan.. jantungan
Hari jumat 23 okt 2009 sekitar jam 2 siang aku hampir aja jantungan. Blog ku ini tidak dapat diakses. Pagi ini, ternyata bisa diakses lagi. Pertama yang aku lakukan adalah menyimpan file yang pernah kutulis.
aku sudah dalam taraf ketagihan untuk menulis. Kalo pekerjaan selesai maka yang ada dalam pikiranku hanya menulis blog. Dengan blog, aku bisa menemukan orang-orang masa laluku. Dengan blog, aku bisa menemukan orang-orang baru yang interest dengan tulisanku. Dengan blog, aku bisa menyalurkan pemikiranku.
Kalau blog ada masalah, adakah yang bisa membantu bagaimana mengatasinya?
aku sudah dalam taraf ketagihan untuk menulis. Kalo pekerjaan selesai maka yang ada dalam pikiranku hanya menulis blog. Dengan blog, aku bisa menemukan orang-orang masa laluku. Dengan blog, aku bisa menemukan orang-orang baru yang interest dengan tulisanku. Dengan blog, aku bisa menyalurkan pemikiranku.
Kalau blog ada masalah, adakah yang bisa membantu bagaimana mengatasinya?
Friday, 23 October 2009
Telepon seluler
Telepon seluler atau hand phone (hp) sudah menjadi kebutuhan dasar manusia pada saat ini, hampir sejajar dengan kebutuhan manusia akan pangan. Seorang buruh pabrik dengan penghasilan setara UMR (900 ribuan) tanpa lembur, mengalokasikan pendapatannya sebesar hampir 50 ribu untuk membeli pulsa. Mereka membeli pulsa maksimal 10 ribu, dengan masa pakai kurang dari satu minggu. Pulsa tersebut dipakai untuk berhubungan dengan teman, keluarga, dan hal-hal tidak produktif lainnya.
Keponakanku kelas 3 SD tidak meminta sepeda untuk pergi sekolah. Tetapi dia minta HP Nokia terbaru seharga 2 jutaan pada ibunya. Kalau dibelikan yang seharga 1 jutaan, malu dengan teman-teman katanya.
Saat aku di jalan raya, terlihat tukang yang sedang istirahat di pinggir jalan lagi bicara di telepon. Sampai lampu merah menyala 70 detik kemudian, masih terlihat beliau belum selesai bicara di telepon. Juga terlihat tukang parkir sedang menunggui kendaraan dengan memencet-mencet hp nya. Tukang sayurku juga pengguna produktif hp untuk memesan barang dagangannya.
Apapun hp nya, kalau kita bisa mendayagunakan dan memberdayakan keberadaan hp dan pulsanya, maka akan tidak sia-sia keberadaannya.
Keponakanku kelas 3 SD tidak meminta sepeda untuk pergi sekolah. Tetapi dia minta HP Nokia terbaru seharga 2 jutaan pada ibunya. Kalau dibelikan yang seharga 1 jutaan, malu dengan teman-teman katanya.
Saat aku di jalan raya, terlihat tukang yang sedang istirahat di pinggir jalan lagi bicara di telepon. Sampai lampu merah menyala 70 detik kemudian, masih terlihat beliau belum selesai bicara di telepon. Juga terlihat tukang parkir sedang menunggui kendaraan dengan memencet-mencet hp nya. Tukang sayurku juga pengguna produktif hp untuk memesan barang dagangannya.
Apapun hp nya, kalau kita bisa mendayagunakan dan memberdayakan keberadaan hp dan pulsanya, maka akan tidak sia-sia keberadaannya.
Sungai Pekalen… the exotic place for rafting
Sungai Pekalen, terletak 25 km dari kota Probolinggo tepatnya terbentang di antara tiga kecamatan berturut-turut yaitu kecamatan Tiris, kecamatan Maron, dan kecamatan Gading. Sumber air sungai ini berasal dari mata air gunung Lamongan dan Argopuro.
Lima tahun lalu aku mengenal pertama kali dengan sungai ini karena rafting di sungai Pekalen bawah dengan operator Songa. Jarak tempuh rafting ini sekitar 12 km yang ditempuh selama +/- 3 jam. Dari Surabaya kita berangkat dari jam 5.30 dengan menumpang mobil yang disewa dari Songa. Sampe di base camp Songa sekitar jam 10 setelah sempat mampir sejenak untuk sarapan di Bromo Asri. Setelah persiapan, dengan naik pick up kita diangkut menuju start point kurang lebih 15 menit dengan melewati jalan yang menanjak dan sempit. Setelah turun dari mobil, peserta masih harus menyusuri jalan setapak yang lumayan jauh dan curam selama kurang lebih 30 menit, sehingga stamina banyak terkuras disini. Malahan dapat dikatakan capeknya disini bukan karena arung jeramnya tetapi karena jalannya ini.
Start point berada di dusun Angin-angin, Desa Ranu Gedang. Di tengah-tengah perjalanan berhenti di Rest Area Kedung Adem-adem dimana kami mendapatkan minuman kelapa muda utuh dan jemblem (ketela pohong diparut diberi parutan kelapa dan ditengahnya ada gula merah kemudian digoreng). Sebelum berhenti perahu dibalik dan aku tenggelam karena memang terkejut bener disamping emang gak bisa berenang. Sambil beristirahat, juga dapat terjun bebas dari ketinggian 7 meter. Akan tetapi tetap aja aku gak berani utk mencoba. Temanku perempuan, Elok, berani terjun bebas sampai 3 kali. wooow...
Sepanjang perjalanan kami melihat pemandangan alami khas perdesaan dengan segala aktivitas penghuninya. Tiba di finish point, kami segera membersihkan diri. Kegiatan rafting diakhiri dengan makan siang dengan menu khas yaitu nasi campur jagung, urap, sayur lodeh, tahu, tempe, ikan asin goreng serta kerupuk.
Satu setengah tahun kemudian kita rafting lagi tetapi dengan operator yang berbeda, yaitu Regulo. Start point sama tetapi rest point dan finish pointnya yang berbeda. Sarana dan prasarana di base camp Songa lebih baik dari pada di Regulo.
Rafting yang ketiga kita lakukan pada bulan Agustus lalu melalui operator Noars dengan mengambil jalur Pekalen Atas. Jalur ini sebetulnya jalur paling menantang dan berbahaya disamping eksotis pemandangannya. Akan tetapi kita rafting di saat kemarau, jadi debit air kecil sehingga mengurangi tantangan. Di jalur ini terdapat 10 air terjun dan juga terdapat gua kelelawar dengan ribuan kelelawar yang memekik dan beterbangan dekat dengan kita. Ketika melewatinya, terasa bau anyir kelelawar dan kotorannya. Ketika sampai pada titik ini, aku menganga tak percaya ada pemandangan seperti ini di pulau Jawa. Tak percaya ada hutan tropis dengan air terjun yang dasyat seperti ini. Sungguh pengalaman yang dasyat. Akan tetapi jalur ini lebih pendek daripada Pekalen bawah tetapi memiliki pemandangan alam yang rrrruuuarrrr biasa....
Dari ketiga operator rafting di sungai Pekalen terdapat kesamaan yang sangat menganggu, yaitu kecilnya debit air di kamar mandi... huh... betul2 menganggu...
Tetapi rafting memberikan pengalaman yang luar biasa ....
Warning: rafting will be addicted
Tuesday, 20 October 2009
Revitalisasi Ruang Terbuka Hijau Surabaya
Berdasarkan Departemen Pekerjaan Umum (Dep PU), Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung
dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.
Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi (a) bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan (b) bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman, berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasifikasi menjadi (a) bentuk RTH kawasan (areal, non linear), dan (b) bentuk RTH jalur (koridor, linear), berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi menjadi (a) RTH kawasan perdagangan, (b) RTH
kawasan perindustrian, (c) RTH kawasan permukiman, (d) RTH kawasan pertanian, dan (e) RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga, alamiah. Status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi (a) RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah (pusat, daerah), dan (b) RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik privat.
Sepanjang pengamatan, Surabaya termasuk salah satu kota yang memiliki RTH (taman) cukup tinggi. Taman-taman tersebut tersebar di sepanjang median jalan, baik di tengah dan pinggir jalan, sampai dengan taman-taman yang memang sengaja di bangun. Salah tulisan yang mengulas tentang taman tersebut adalah:
http://eastjavatraveler.com/2009/08/pesona-taman-kota-di-surabaya/
Yang akan saya soroti ini adalah revitalisasi trotoar di sepanjang Jl. Urip Soemoharjo dan sekitar Jl. Embong Malang. Kelebihan ditinjau dari segi desain adalah memanusiakan pejalan kaki lewat ukuran dan elevasi yang rata sehingga pejalan kaki akan merasa nyaman karena tidak harus naik turun elevasinya. Akan tetapi kekurangannya juga tidak kalah banyak.
Pertama, bahan penutup trotoar yang kurang kasar. Ini akan mengakibatkan licin apabila terkena air. Kedua, penebangan vegetasi eksisting. Agar trotoar tidak cepat rusak, maka pohon-pohon yang tumbuh sebagian besar dipotong. Maka pada saat siang hari, para pejalan akan merasa sangat panas.
Apapun kelebihan dan kekurangan revitalisasi RTH Surabaya, tetapi secara pribadi saya salut dengan apa yang telah dilakukan oleh Pemkot Surabaya untuk meningkatkan kualits lingkungan kotanya.
dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.
Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi (a) bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan (b) bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman, berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasifikasi menjadi (a) bentuk RTH kawasan (areal, non linear), dan (b) bentuk RTH jalur (koridor, linear), berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi menjadi (a) RTH kawasan perdagangan, (b) RTH
kawasan perindustrian, (c) RTH kawasan permukiman, (d) RTH kawasan pertanian, dan (e) RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga, alamiah. Status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi (a) RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah (pusat, daerah), dan (b) RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik privat.
Sepanjang pengamatan, Surabaya termasuk salah satu kota yang memiliki RTH (taman) cukup tinggi. Taman-taman tersebut tersebar di sepanjang median jalan, baik di tengah dan pinggir jalan, sampai dengan taman-taman yang memang sengaja di bangun. Salah tulisan yang mengulas tentang taman tersebut adalah:
http://eastjavatraveler.com/2009/08/pesona-taman-kota-di-surabaya/
Yang akan saya soroti ini adalah revitalisasi trotoar di sepanjang Jl. Urip Soemoharjo dan sekitar Jl. Embong Malang. Kelebihan ditinjau dari segi desain adalah memanusiakan pejalan kaki lewat ukuran dan elevasi yang rata sehingga pejalan kaki akan merasa nyaman karena tidak harus naik turun elevasinya. Akan tetapi kekurangannya juga tidak kalah banyak.
Pertama, bahan penutup trotoar yang kurang kasar. Ini akan mengakibatkan licin apabila terkena air. Kedua, penebangan vegetasi eksisting. Agar trotoar tidak cepat rusak, maka pohon-pohon yang tumbuh sebagian besar dipotong. Maka pada saat siang hari, para pejalan akan merasa sangat panas.
Apapun kelebihan dan kekurangan revitalisasi RTH Surabaya, tetapi secara pribadi saya salut dengan apa yang telah dilakukan oleh Pemkot Surabaya untuk meningkatkan kualits lingkungan kotanya.
the Great of JK
Hari ini 20 Oktober 2009 adalah hari pelantikan Presiden dan Wapres RI terpilih. Tapi bukan itu yang menarik untukku. Aku lebih tertarik untuk mengomentari sikap Jusuf Kalla (JK) dalam masa transisi kepemimpinannya.
Berdasarkan wikipedia, Muhammad Jusuf Kalla lahir di Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan pada tanggal 15 Mei 1942) sebagai anak ke-2 dari 17 bersaudara dari pasangan Haji Kalla dan Athirah, pengusaha keturunan Bugis yang memiliki bendera usaha Kalla Group. Bisnis keluarga Kalla tersebut meliputi beberapa kelompok perusahaan di berbagai bidang industri. Tahun 1968, JK menjadi CEO dari NV Hadji Kalla. Di bawah kepemimpinannya, NV Hadji Kalla berkembang dari sekedar bisnis ekspor-impor, meluas ke bidang-bidang perhotelan, konstruksi, pejualan kendaraan, perkapalan, real estate, transportasi, peternakan udang, kelapa sawit, dan telekomunikasi. Di Makassar, JK dikenal akrab disapa oleh masyarakat dengan panggilan Daeng Ucu.
Pengalaman organisasi kemahasiswaan JK antara lain adalah Ketua HMI Cabang Makassar tahun 1965-1966, Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Hasanuddin (UNHAS) 1965-1966, serta Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tahun 1967-1969. Sebelum terjun ke politik, Jusuf Kalla pernah menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan. Hingga kini, ia pun masih menjabat Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) di alamamaternya Universitas Hasanuddin, setelah terpilih kembali pada musyawarah September 2006.
JK menjabat sebagai menteri di era pemerintahan Abdurrahman Wahid (Presiden RI yang ke-4), tetapi diberhentikan dengan tuduhan terlibat KKN. JK kembali diangkat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat di bawah pemerintahan Megawati Soekarnoputri (Presiden RI yang ke-5). JK kemudian mengundurkan diri sebagai menteri karena maju sebagai calon wakil presiden, mendampingi calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Dengan kemenangan yang diraih oleh Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI yang ke-6, secara otomatis JK juga berhasil meraih jabatan sebagai Wakil Presiden RI yang ke-10. Bersama-sama dengan Susilo Bambang Yudhoyono, keduanya menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI yang pertama kali dipilih secara langsung oleh rakyat.
H.M. Jusuf Kalla menikah dengan Hj. Mufidah Jusuf, dan dikaruniai seorang putra dan empat putri, serta sembilan orang cucu.
Melalui berita di TV dan koran, aku mengamati bahwa kemungkinan kecil JK terkena post power syndrome. Sejak dinyatakan kalah dalam penghitungan suara di KPU, beliau langsung mengucapkan selamat kepada Presiden dan Wapres terpilih. Disamping itu beliau juga mengontrol bahkan terkesan cenderung menghindar dan mngurangi untuk mengeluarkan statemen tentang kejadian yang sedang terjadi. Padahal selama ini beliau dengan gampang mengeluarkan statemen, bahkan terkesan cenderung kebablasan. Seperti ide konversi LPG maupun pengembangan kawasan Suramadu. Dari sifatnya yang ceplas-ceplos dan spontan, akan merepotkan jajaran di bawahnya untuk segera merealisasikannya di lapangan. Memang begitulah dinamika dan spontanitas seorang JK.
Kemaren aku terkesan dengan sikap JK yang serah terima kepada Wapres terpilih. Beliau mengajak Budiono untuk mengelilingi istana Wapres dengan senyum nya yang khas. Disamping itu hari minggu lalu beliau mengadakan pesta perpisahan di istana Bogor untuk karyawan dan staf istana Wapres. Dari semua wajah yang terlihat di tv, terlihat bahwa bagaiman sederhana, simple, dan ramahnya seorang JK.
Sesuai janji kampanye, beliau akan pulang kampung ke Makassar setelah tidak menjabat lagi sebagai Wapres. Dan akan kita tunggu penetapan janji beliau yang lain, yaitu karena faktor usia, maka beliau tidak akan mencalonkan lagi sebagai Presiden 5 tahun ke depan.
Thanks Mr. JK for your all effort for our country. I proud you so much
Tuesday, 13 October 2009
Tsotsi
Aku melihat film ini di pesawat saat pulang dari Johannesburg. Film ini disutradai oleh Gavin Hood (2005)berdasarkan novel Athol Fugard (1980). Film ini terpilih sebagai Film Berbahasa Asing Terbaik pada Academy Awards ke-78. Tsotsi juga dinominasikan dalam kategori yang sama pada Golden Globe Awards ke-63.
Tsotsi adalah seorang gangster di Johannesburg. Sebagai seorang yatim piatu yang mengidap AIDS, ia tumbuh dewasa di tengah kemiskinan dan kekerasan. Disamping itu dia juga dibayangi oleh arti dari namanya sendiri. Tsotsi berarti
Suatu malam, ia mencuri sebuah mobil setelah menembak sang pengemudi. Namun rupanya di kursi belakang mobil itu terdapat seorang bayi. Dari kejadian tersebut, maka dia mempertanyakan kehidupan yang telah dijalani selama ini.
Tsotsi adalah seorang gangster di Johannesburg. Sebagai seorang yatim piatu yang mengidap AIDS, ia tumbuh dewasa di tengah kemiskinan dan kekerasan. Disamping itu dia juga dibayangi oleh arti dari namanya sendiri. Tsotsi berarti
Suatu malam, ia mencuri sebuah mobil setelah menembak sang pengemudi. Namun rupanya di kursi belakang mobil itu terdapat seorang bayi. Dari kejadian tersebut, maka dia mempertanyakan kehidupan yang telah dijalani selama ini.
Wednesday, 7 October 2009
The Peneleh kampung and cemetery
The Peneleh kampung is located in the very heart of the City of Surabaya, situated around the former cemetery bearing the same name. Kampung Peneleh is a densely populated residential quarter where living conditions presently are badly in need of improvement. One of the main economic functions in Peneleh is the fruit market along the riverbanks. The kampung has a long history, dating back to the start of the 20th century. At that time well known Indonesians resided in Peneleh such as Sukarno, the first president of the Republic of Indonesia, during his study time and Cokroaminoto, a first hour nationalist. Spread over the area are well designed small dwellings characterised by a kind of ‘kampung-art-deco’, to be considered as mutual heritage.
The former Dutch cemetery, known as the ‘makam belanda’, dating back to 1847, is nowadays located in the very heart of the kampung. Unlike other burial grounds in the city this one has not been cleared, though it is not in operation since 1917. With its 4,5 hectares – ten football grounds – the area looks dilapidated but is still impressive, not only as one of the few green spots in the vibrant city but particularly due to its impressive heritage.
While the city government is aiming to start an infrastructure improvement in 2010 and a removal of the fruit market in order to improve the riverbanks, an urgent showing of the development opportunities of Peneleh’s historical features is required.
The former Dutch cemetery, known as the ‘makam belanda’, dating back to 1847, is nowadays located in the very heart of the kampung. Unlike other burial grounds in the city this one has not been cleared, though it is not in operation since 1917. With its 4,5 hectares – ten football grounds – the area looks dilapidated but is still impressive, not only as one of the few green spots in the vibrant city but particularly due to its impressive heritage.
While the city government is aiming to start an infrastructure improvement in 2010 and a removal of the fruit market in order to improve the riverbanks, an urgent showing of the development opportunities of Peneleh’s historical features is required.
Subscribe to:
Posts (Atom)