Wednesday, 23 September 2009

Mudik

Berdasarkan www.id.wikipedia.org, mudik adalah kegiatan perantau/ pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua. Tradisi mudik hanya ada di Indonesia. Akan tetapi berdasarkan Jawa Pos, 22 September 2009, Malaysia juga mengenal tradisi mudik pada hari Lebaran dengan nama Balik Kampung.
Sebagai seorang perantau, tiap tahun aku juga melakukan mudik dengan rute Surabaya - Malang - Ngawi - Surabaya. Selama perjalanan banyak hal menarik dan khas yang kutemui.

1. Acara mudik bareng
Kutemui mudik bareng Honda pada saat istirahat di rest area Mojokerto. Terlihat bapak2 dengan sepeda merk Honda berbagai tahun, dari yang behula sampe terbaru, melaju dengan kencang di belakang Foor Raider. Sepeda motor mereka tanpa terlihat adanya tentengan barang bawaan. Ternyata dibelakang rombongan tersebut, terdapat bus-bus yang terlihat mengangkut ibu2 dan anak2 serta pick up dengan tumpukan barang bawaan. Disamping menyediakan pelindung dada dan pengawalan polisi saat mudik, ternyata Honda juga menyediakan sarana servis, ambulance dan angkutan tersendiri bagi wanita dan anak2 serta barang bawaan mereka. Sesuatu penyediaan fasilitas yang aman bagi pemilik sepeda motor.

2. Sarana istirahat
Para pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi, baik roda 2 atau lebih, dapat menggunakan sarana istirahat yang disediakan produsen kendaraan bermotor, makanan, maupun operator telepon. Produsen kendaraan bermotor menyediakan servis gratis sesuai merk kendaraan masing2. Produsen makanan dan minuman menyediakan makanan dan minuman gratis juga sesuai produk mereka. Sedangkan operator telepon menyediakan tempat istirahat sejenak yang nyaman bagi pemudik. Disamping itu juga terdapat tempat istirahat gratis yang nyaman, yaitu di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU). Semakin besar SPBU, maka terlihat semakin banyak pemudik yang mampir untuk sekedar makan bekal yang di bawa, ke toilet, sembahyang, maupun hanya sekedar berjalan-jalan meluruskan kaki.

3. Sarana narsis bagi pemimpin daerah
Masih di rest area Mojokerto, terlihat baliho besar bergambar Gubernur dan Wagub Jawa Timur beserta istri masing-masing mengucapkan selamat Hari Raya Idhul Fitri. Baliho yang sama juga terlihat di By Pass Krian. Untuk daerah kabupaten yang akan mengadakan pilkada, seperti Jombang, Surabaya dan Ngawi, juga terlihat poster gede para calon peserta pilkada. Suatu usaha narsis dari para pemimpin/calon pemimpin daerah untuk mempublikasikan diri sendiri. Tolong jelaskan padaku apa manfaatnya dari pembuatan poster2 tersebut pada masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung. Cuma pemborosan uang rakyat bagi kepala daerah yang telah menjabat, karena kemungkinan besar biaya pengadaannya menggunakan APBD.

4. Degradasi lingkungan
Aku terlahir di sebuah desa dengan sungai yang mengalir deras di belakang rumah. Hutan di Kecamatan Kasembon dan Ngantang sudah gundul sejak 1998. Bekas hutan tersebut sudah berganti dengan ladang tanaman kopi atau jagung. Bayangkan kalau terjadi hujan deras, maka jalur transportasi akan putus karena tertutup longsoran. Gersang juga terasa di sepanjang hutan jati saradan. Disamping itu juga terlihat debit air sungai yang menyusut drastis di daerah asalku. Bahkan banyak sekali sungai di Ngawi yang tidak ada air sama sekali. Suatu kondisi yang memerlukan penanganan secara menyeluruh untuk mengembalikan air dan pepohonan seperti dulu.

5. Peralihan bahan bangunan permukiman perdesaan.
Sebagian besar masyarakat perdesaan di Ngawi adalah migran baik di Indonesia maupun di LN. Salah satu hasil dari migran tersebut adalah dengan membangun rumahnya. Dulu pada awal 90an, sebagian besar rumah di perdesaan Ngawi terbuat dari bahan papan kayu jati. Kondisi rumah yang mengharuskan untuk diperbaiki, maka mereka mengganti tembok papannya dengan pasangan bata baik plester maupun tanpa plester. Untuk kondisi sekarang, pasangan bata lebih murah dibandingkan dengan tembok papan jati, karena langkanya pohon jati. Jadi patut direvisi untuk pandangan umum, bahwa perdesaan identik dengan rumah semi permanen.

No comments: