Tuesday, 15 December 2009

2010 resolution

Beberapa waktu yang lalu, aku ditanyain temanku yang baru nikah tentang resolusi 2010. Aku kepingin keluar negeri "lagi". Sedangkan temanku itu pingin beli rumah. Setelah beberapa lama, baru tersadar kalo harga rumah di Jakarta dan Surabaya ternyata 1112. Maksud e gak kacek... podo larange ...
Tadi pas berkendara, aku membayangkan bagaimana kalo tahun depan berkendara dengan suami mengelilingi Jawa bagian timur, Bali, trus ke Pulau Lombok. wow.. pasti akan sangat menyenangkan. Aku perkirakan akan memakan waktu kurang lebih 2 minggu. Setelah melihat peta, ternyata pulau Komodo di NTT. wah masih jauh ya...
Jadi resolusi 2010 adalah berwisata darat dengan suami selama 2 minggu... oke... semangat menyisihkan uang utk berkelana menjelajah hangatnya alam indonesia. Drive, dive, snorkeling, swim, tracking, hiking... wowww... imagine..

Wednesday, 4 November 2009

Dialek

Melihat siaran langsung Metro TV tentang sidang MK, serasa mendengar dialek diri sendiri ketika mendengar hasil sadapan KPK terhadap Anggodo Widjojo. Rekaman selama 4.5 jam itu sebagian besar menggunakan bahasa jawa dialek surabaya. Sehingga Bang Buyung interupsi agar majelis menerjemahkan rekaman tersebut karena dia tidak mengerti.
Akan tetapi konsen ku bukan tentang kasus yang menurutku merupakan bibit chaos stabilitas negara. Aku ingin menyoroti tentang dialek surabaya.
aku teringat dengan seseorang yang mengatakan bahwa dialek ku lucu dan khas diriku. Walaupun aku omong bahasa indonesia atau inggris, tetep aja pakai dialek khas. Aku tidak percaya bahwa dialekku beda dengan orang lain di sekelilingku sampai suatu saat aku melihat rekaman farewell party pensiun P Silas. Setelah melihat itu aku baru percaya... eh... ternyata memang beda cara omongku.
Seiring dengan berjalannya waktu, aku sering menperdengarkan kembali suaraku karena tuntutan pekerjaan, seperti mentranskrip wawancara. Disitu terlihat jelas ... ya itulah dialekku yang sebenarnya apapun bahasa yang lagi kuucapkan.

Friday, 30 October 2009

Survival skill of life

Setiap hari aku membaca minimal 2 koran nasional. Yang satu langganan tetap di rumah sedangkan yang lainnya beli di jalan. Aku membeli koran di traffic light depan Konjen Amerika. Di situ terdapat difabel yang berjualan koran. Begitu melihat motorku dan keadaan memungkinkan untuk berhenti, maka dia sudah menyodorkan korannya padaku.

Tadi pagi saat aku membeli koran, lampu merah masih dalam 80 detik. Dia berjalan dengan sempoyongan dan susah ke tengah untuk melayani pembeli. Sampai detik ke 3 dia belum ke pinggir. Saat lampu hijau dia baru ke pinggir dengan koran tercecer di bawah mobil. Untung pengendara mobil tersebut sabar menunggu dia mengambil koran-korannya... Huh miris aku melihatnya. but... it's a life.

I am proud of you although I don't know who you are... Keep fight for your better living

Monday, 26 October 2009

Deg-degan.. jantungan

Hari jumat 23 okt 2009 sekitar jam 2 siang aku hampir aja jantungan. Blog ku ini tidak dapat diakses. Pagi ini, ternyata bisa diakses lagi. Pertama yang aku lakukan adalah menyimpan file yang pernah kutulis.

aku sudah dalam taraf ketagihan untuk menulis. Kalo pekerjaan selesai maka yang ada dalam pikiranku hanya menulis blog. Dengan blog, aku bisa menemukan orang-orang masa laluku. Dengan blog, aku bisa menemukan orang-orang baru yang interest dengan tulisanku. Dengan blog, aku bisa menyalurkan pemikiranku.

Kalau blog ada masalah, adakah yang bisa membantu bagaimana mengatasinya?

Friday, 23 October 2009

Telepon seluler

Telepon seluler atau hand phone (hp) sudah menjadi kebutuhan dasar manusia pada saat ini, hampir sejajar dengan kebutuhan manusia akan pangan. Seorang buruh pabrik dengan penghasilan setara UMR (900 ribuan) tanpa lembur, mengalokasikan pendapatannya sebesar hampir 50 ribu untuk membeli pulsa. Mereka membeli pulsa maksimal 10 ribu, dengan masa pakai kurang dari satu minggu. Pulsa tersebut dipakai untuk berhubungan dengan teman, keluarga, dan hal-hal tidak produktif lainnya.

Keponakanku kelas 3 SD tidak meminta sepeda untuk pergi sekolah. Tetapi dia minta HP Nokia terbaru seharga 2 jutaan pada ibunya. Kalau dibelikan yang seharga 1 jutaan, malu dengan teman-teman katanya.

Saat aku di jalan raya, terlihat tukang yang sedang istirahat di pinggir jalan lagi bicara di telepon. Sampai lampu merah menyala 70 detik kemudian, masih terlihat beliau belum selesai bicara di telepon. Juga terlihat tukang parkir sedang menunggui kendaraan dengan memencet-mencet hp nya. Tukang sayurku juga pengguna produktif hp untuk memesan barang dagangannya.

Apapun hp nya, kalau kita bisa mendayagunakan dan memberdayakan keberadaan hp dan pulsanya, maka akan tidak sia-sia keberadaannya.

Sungai Pekalen… the exotic place for rafting



Sungai Pekalen, terletak 25 km dari kota Probolinggo tepatnya terbentang di antara tiga kecamatan berturut-turut yaitu kecamatan Tiris, kecamatan Maron, dan kecamatan Gading. Sumber air sungai ini berasal dari mata air gunung Lamongan dan Argopuro.



Lima tahun lalu aku mengenal pertama kali dengan sungai ini karena rafting di sungai Pekalen bawah dengan operator Songa. Jarak tempuh rafting ini sekitar 12 km yang ditempuh selama +/- 3 jam. Dari Surabaya kita berangkat dari jam 5.30 dengan menumpang mobil yang disewa dari Songa. Sampe di base camp Songa sekitar jam 10 setelah sempat mampir sejenak untuk sarapan di Bromo Asri. Setelah persiapan, dengan naik pick up kita diangkut menuju start point kurang lebih 15 menit dengan melewati jalan yang menanjak dan sempit. Setelah turun dari mobil, peserta masih harus menyusuri jalan setapak yang lumayan jauh dan curam selama kurang lebih 30 menit, sehingga stamina banyak terkuras disini. Malahan dapat dikatakan capeknya disini bukan karena arung jeramnya tetapi karena jalannya ini.

Start point berada di dusun Angin-angin, Desa Ranu Gedang. Di tengah-tengah perjalanan berhenti di Rest Area Kedung Adem-adem dimana kami mendapatkan minuman kelapa muda utuh dan jemblem (ketela pohong diparut diberi parutan kelapa dan ditengahnya ada gula merah kemudian digoreng). Sebelum berhenti perahu dibalik dan aku tenggelam karena memang terkejut bener disamping emang gak bisa berenang. Sambil beristirahat, juga dapat terjun bebas dari ketinggian 7 meter. Akan tetapi tetap aja aku gak berani utk mencoba. Temanku perempuan, Elok, berani terjun bebas sampai 3 kali. wooow...

Sepanjang perjalanan kami melihat pemandangan alami khas perdesaan dengan segala aktivitas penghuninya. Tiba di finish point, kami segera membersihkan diri. Kegiatan rafting diakhiri dengan makan siang dengan menu khas yaitu nasi campur jagung, urap, sayur lodeh, tahu, tempe, ikan asin goreng serta kerupuk.

Satu setengah tahun kemudian kita rafting lagi tetapi dengan operator yang berbeda, yaitu Regulo. Start point sama tetapi rest point dan finish pointnya yang berbeda. Sarana dan prasarana di base camp Songa lebih baik dari pada di Regulo.

Rafting yang ketiga kita lakukan pada bulan Agustus lalu melalui operator Noars dengan mengambil jalur Pekalen Atas. Jalur ini sebetulnya jalur paling menantang dan berbahaya disamping eksotis pemandangannya. Akan tetapi kita rafting di saat kemarau, jadi debit air kecil sehingga mengurangi tantangan. Di jalur ini terdapat 10 air terjun dan juga terdapat gua kelelawar dengan ribuan kelelawar yang memekik dan beterbangan dekat dengan kita. Ketika melewatinya, terasa bau anyir kelelawar dan kotorannya. Ketika sampai pada titik ini, aku menganga tak percaya ada pemandangan seperti ini di pulau Jawa. Tak percaya ada hutan tropis dengan air terjun yang dasyat seperti ini. Sungguh pengalaman yang dasyat. Akan tetapi jalur ini lebih pendek daripada Pekalen bawah tetapi memiliki pemandangan alam yang rrrruuuarrrr biasa....


Dari ketiga operator rafting di sungai Pekalen terdapat kesamaan yang sangat menganggu, yaitu kecilnya debit air di kamar mandi... huh... betul2 menganggu...
Tetapi rafting memberikan pengalaman yang luar biasa ....

Warning: rafting will be addicted

Tuesday, 20 October 2009

Revitalisasi Ruang Terbuka Hijau Surabaya

Berdasarkan Departemen Pekerjaan Umum (Dep PU), Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung
dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.

Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi (a) bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan (b) bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman, berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasifikasi menjadi (a) bentuk RTH kawasan (areal, non linear), dan (b) bentuk RTH jalur (koridor, linear), berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi menjadi (a) RTH kawasan perdagangan, (b) RTH
kawasan perindustrian, (c) RTH kawasan permukiman, (d) RTH kawasan pertanian, dan (e) RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga, alamiah. Status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi (a) RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah (pusat, daerah), dan (b) RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik privat.

Sepanjang pengamatan, Surabaya termasuk salah satu kota yang memiliki RTH (taman) cukup tinggi. Taman-taman tersebut tersebar di sepanjang median jalan, baik di tengah dan pinggir jalan, sampai dengan taman-taman yang memang sengaja di bangun. Salah tulisan yang mengulas tentang taman tersebut adalah:
http://eastjavatraveler.com/2009/08/pesona-taman-kota-di-surabaya/

Yang akan saya soroti ini adalah revitalisasi trotoar di sepanjang Jl. Urip Soemoharjo dan sekitar Jl. Embong Malang. Kelebihan ditinjau dari segi desain adalah memanusiakan pejalan kaki lewat ukuran dan elevasi yang rata sehingga pejalan kaki akan merasa nyaman karena tidak harus naik turun elevasinya. Akan tetapi kekurangannya juga tidak kalah banyak.

Pertama, bahan penutup trotoar yang kurang kasar. Ini akan mengakibatkan licin apabila terkena air. Kedua, penebangan vegetasi eksisting. Agar trotoar tidak cepat rusak, maka pohon-pohon yang tumbuh sebagian besar dipotong. Maka pada saat siang hari, para pejalan akan merasa sangat panas.

Apapun kelebihan dan kekurangan revitalisasi RTH Surabaya, tetapi secara pribadi saya salut dengan apa yang telah dilakukan oleh Pemkot Surabaya untuk meningkatkan kualits lingkungan kotanya.

the Great of JK


Hari ini 20 Oktober 2009 adalah hari pelantikan Presiden dan Wapres RI terpilih. Tapi bukan itu yang menarik untukku. Aku lebih tertarik untuk mengomentari sikap Jusuf Kalla (JK) dalam masa transisi kepemimpinannya.

Berdasarkan wikipedia, Muhammad Jusuf Kalla lahir di Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan pada tanggal 15 Mei 1942) sebagai anak ke-2 dari 17 bersaudara dari pasangan Haji Kalla dan Athirah, pengusaha keturunan Bugis yang memiliki bendera usaha Kalla Group. Bisnis keluarga Kalla tersebut meliputi beberapa kelompok perusahaan di berbagai bidang industri. Tahun 1968, JK menjadi CEO dari NV Hadji Kalla. Di bawah kepemimpinannya, NV Hadji Kalla berkembang dari sekedar bisnis ekspor-impor, meluas ke bidang-bidang perhotelan, konstruksi, pejualan kendaraan, perkapalan, real estate, transportasi, peternakan udang, kelapa sawit, dan telekomunikasi. Di Makassar, JK dikenal akrab disapa oleh masyarakat dengan panggilan Daeng Ucu.

Pengalaman organisasi kemahasiswaan JK antara lain adalah Ketua HMI Cabang Makassar tahun 1965-1966, Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Hasanuddin (UNHAS) 1965-1966, serta Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tahun 1967-1969. Sebelum terjun ke politik, Jusuf Kalla pernah menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan. Hingga kini, ia pun masih menjabat Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) di alamamaternya Universitas Hasanuddin, setelah terpilih kembali pada musyawarah September 2006.

JK menjabat sebagai menteri di era pemerintahan Abdurrahman Wahid (Presiden RI yang ke-4), tetapi diberhentikan dengan tuduhan terlibat KKN. JK kembali diangkat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat di bawah pemerintahan Megawati Soekarnoputri (Presiden RI yang ke-5). JK kemudian mengundurkan diri sebagai menteri karena maju sebagai calon wakil presiden, mendampingi calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Dengan kemenangan yang diraih oleh Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI yang ke-6, secara otomatis JK juga berhasil meraih jabatan sebagai Wakil Presiden RI yang ke-10. Bersama-sama dengan Susilo Bambang Yudhoyono, keduanya menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI yang pertama kali dipilih secara langsung oleh rakyat.

H.M. Jusuf Kalla menikah dengan Hj. Mufidah Jusuf, dan dikaruniai seorang putra dan empat putri, serta sembilan orang cucu.

Melalui berita di TV dan koran, aku mengamati bahwa kemungkinan kecil JK terkena post power syndrome. Sejak dinyatakan kalah dalam penghitungan suara di KPU, beliau langsung mengucapkan selamat kepada Presiden dan Wapres terpilih. Disamping itu beliau juga mengontrol bahkan terkesan cenderung menghindar dan mngurangi untuk mengeluarkan statemen tentang kejadian yang sedang terjadi. Padahal selama ini beliau dengan gampang mengeluarkan statemen, bahkan terkesan cenderung kebablasan. Seperti ide konversi LPG maupun pengembangan kawasan Suramadu. Dari sifatnya yang ceplas-ceplos dan spontan, akan merepotkan jajaran di bawahnya untuk segera merealisasikannya di lapangan. Memang begitulah dinamika dan spontanitas seorang JK.

Kemaren aku terkesan dengan sikap JK yang serah terima kepada Wapres terpilih. Beliau mengajak Budiono untuk mengelilingi istana Wapres dengan senyum nya yang khas. Disamping itu hari minggu lalu beliau mengadakan pesta perpisahan di istana Bogor untuk karyawan dan staf istana Wapres. Dari semua wajah yang terlihat di tv, terlihat bahwa bagaiman sederhana, simple, dan ramahnya seorang JK.

Sesuai janji kampanye, beliau akan pulang kampung ke Makassar setelah tidak menjabat lagi sebagai Wapres. Dan akan kita tunggu penetapan janji beliau yang lain, yaitu karena faktor usia, maka beliau tidak akan mencalonkan lagi sebagai Presiden 5 tahun ke depan.

Thanks Mr. JK for your all effort for our country. I proud you so much

Tuesday, 13 October 2009

Tsotsi

Aku melihat film ini di pesawat saat pulang dari Johannesburg. Film ini disutradai oleh Gavin Hood (2005)berdasarkan novel Athol Fugard (1980). Film ini terpilih sebagai Film Berbahasa Asing Terbaik pada Academy Awards ke-78. Tsotsi juga dinominasikan dalam kategori yang sama pada Golden Globe Awards ke-63.

Tsotsi adalah seorang gangster di Johannesburg. Sebagai seorang yatim piatu yang mengidap AIDS, ia tumbuh dewasa di tengah kemiskinan dan kekerasan. Disamping itu dia juga dibayangi oleh arti dari namanya sendiri. Tsotsi berarti

Suatu malam, ia mencuri sebuah mobil setelah menembak sang pengemudi. Namun rupanya di kursi belakang mobil itu terdapat seorang bayi. Dari kejadian tersebut, maka dia mempertanyakan kehidupan yang telah dijalani selama ini.

Wednesday, 7 October 2009

The Peneleh kampung and cemetery

The Peneleh kampung is located in the very heart of the City of Surabaya, situated around the former cemetery bearing the same name. Kampung Peneleh is a densely populated residential quarter where living conditions presently are badly in need of improvement. One of the main economic functions in Peneleh is the fruit market along the riverbanks. The kampung has a long history, dating back to the start of the 20th century. At that time well known Indonesians resided in Peneleh such as Sukarno, the first president of the Republic of Indonesia, during his study time and Cokroaminoto, a first hour nationalist. Spread over the area are well designed small dwellings characterised by a kind of ‘kampung-art-deco’, to be considered as mutual heritage.
The former Dutch cemetery, known as the ‘makam belanda’, dating back to 1847, is nowadays located in the very heart of the kampung. Unlike other burial grounds in the city this one has not been cleared, though it is not in operation since 1917. With its 4,5 hectares – ten football grounds – the area looks dilapidated but is still impressive, not only as one of the few green spots in the vibrant city but particularly due to its impressive heritage.

While the city government is aiming to start an infrastructure improvement in 2010 and a removal of the fruit market in order to improve the riverbanks, an urgent showing of the development opportunities of Peneleh’s historical features is required.

Monday, 28 September 2009

Teamlo

There were six funny guys of teamLo. Benjo, Wawan, Pangsit as lead vocal, Avis as drummer, Bobby as guitar, and Dondot as bassist. First, they were just student of the art school in Solo, central Java. Now, except they are the funny music band, also they have PT. Pabrik Ketawa TeamLo. They are really funny that the song recreated to be the parodi funny song.







I am fans of them about seven years ago since they had first performance in television. But it was just three episodes. I lost them. No information about them in news or tabloid. I think no body know. They showed up again in API - TPI at 2006. I was really like them that I never miss saw their show.





Now, the form of band consist of Wawan, Aa Jimmy (Argo), Kudil, Ade (as vocalists), Avis as drummer, Bobby as guitar, and Dondot as bassist. They are having regularly performance at Inbox SCTV at Monday to Friday on around 9 am.

Go teamlo......

Bangkok

Ketika akan ke Afrika Selatan gratis, aku minta stop over di bangkok. Niat sudah akan menggelandang karena limited budget... eh emang rejeki gak kemana. Ternyata kita bertiga, temanku dari Philiphina dan Kamboja serta aku, mendapatkan voucher menginap 1 hari di Bangkok. wow senangnya.



jalan-jalan neng Bangkok serasa neng Surabaya.



Ana buah potong sing di dorong, Tom yam puedes banget regane kiro-kiro 17 ribu rupiah sak mangkok. Muacet lek isuk. Tapi sarapane neng hotel kebek karo ham, beacon, malih cuman mangan buah, roti, susu, juice. Kentang with ham, fried rice with ham, soupe with ham, etc.



PKL akeh banget. Jenis mobil podo, airport ke tengah kota 1.5 jam dengan taxi dengan membayar 900 Bath kalikan dengan Rp. 258. Tapi aku dijemput ama travel. Temanku dari Kamboja bayar dewe taksinya karena gak ketemu karo travel person.

Johannesburg, South Africa

Johannesburg, Nopember 2006

We should not here now. Because we can not easy to go every where. No public transportation, the hill city so difficult to walk, highest crimes at the South Africa, and the others reason. Actually the Johannesburg is nice city from the public infrastructure point of view. It is better than Indonesia, especially Surabaya.

According to the data, we should worry about what’s human being. They have no data about the traffic accidents. Actually, they drive the car fastly.

The people is friendly. They said hello when we saw them from the bus. I think the African lady more fashionable than the Indonesian lady what ever look of their physic. So very nice to see their fashion on the street.

They have a informal work place, such as street vendor (PK5 gitu lho di Indonesia) , the small shop near home, the home as the salon, etc. All the house have "the strong barrier" (kerangkeng) for the crimes. So they look like live in the jail.

Penderita Jantung

Ternyata terdapat perbedaan mendasar dari penderita jantung dari ITS dan Unair dalam menyikapi kehidupan keseharian mereka.

seorang dosen ITS yang juga merupakan penderita jantung sedang makan steak di resto bersama dengan teman-teman dan anak buahnya.
Bawahan : Makannya kok banyak sih pak? Hati-hati sama jantungnya lho pak. bapak harus diet.
Penderita: Tenang.. aku bawa obatnya kok. Jadi ada penawarnya. Tinggal minum obat sudah beres.

Sedangkan di lain tempat, seorang guru besar Unair yang juga menderita sakit jantung, sedang melakukan kunjungan ke luar kota bersama dengan koleganya. Dalam perjalanan pulang mereka mampir makan di restauran.
Kolega : Hati-hati pak. Ingat kemaren baru operasi jantung.
Penderita: Tenang... Aku lho sekarang sedang membawa dokter spesialis jantung no 1 di Surabaya, ahli bedah, ahli anestesi. Semua dokter yang dulu menangani aku, sekarang sedang bersamaku. Jadi terserah aku mau makan apa. Nanti kalau ada apa-apa kan cepat penanganannya.
Dengan tenang penderita jantung memesan steak ukuran large dan stmj. Semua koleganya hanya dapat memeprhatikan tingkah penderita tersebut sambil tersenyum.

Halah ... ayak-ayak wae.....

Permukiman pinggir rel KA di viaduk Kertajaya

Untuk memenuhi tugas kuliah tentang bentuk permukiman di sepanjang rel KA antara stasiun Gubeng sampai stasiun Wonokromo, maka diambil sampel permukiman di sebelah selatan viaduk Kertajaya. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa permukiman tersebut berdiri di atas tanah sempadan rel. Sebagian besar kerja di sektor informal seperti pedagang, buruh bangunan, buruh pabrik, penjaga toko, dan lain-lain. Disamping itu ada minimal dua fakta empiri yang menarik di sini.

Pertama, sebagian besar rumah tangga di sini adalah usia produktif dengan jumlah anak lebih dari tiga. Setelah selesai wawancara ternyata jawaban responden hampir seragam saat ditanyakan mengapa jumlah anak relatif banyak disini.
Yok opo arep gak akeh anak, mbak. Wong arep turu, gak sampe 10 menit wis ana sepur liwat maneh. Dadi ra tau turu angler. La terus ra iso turu, ate arep nyapo lek ra gawe anak. Oalah.. jawabane seragam kabeh.....

Kedua, adalah tentang sebuah rumah yang lebih megah dibanding sekitarnya.
Usia berapa?
berapa ya mbak.. mungkin dua puluh kali...
masak mbak?
kenapa? wajahku lebih tua ya... ya sih.. anu mbak aku udah 30 an..
pekerjaan?
apa ya mbak... informal wis..
maksudnya mbak?
ya ... informal...
tapi disini harus jelas informalnya mbak....
ya gimana mbak.. ditulis aja informal.
penghasilan perbulan?
berapa ya.. gak mesti mbak.. paling cuma 1 juta mungkin.
masak sih mbak. rumah mbak paling bagus diantara yang lain. apakah ini dari warisan atau pihak lain untuk membangunnya?
gak mbak. duwikku dewe yo... la iku mbak. karena informal akhire gak mesti penghasilanne.
nah balik soal informal. apa informal itu?
wis mbak .. tinimbang sampean ndesek ae. sampean tak kek i no telpon ku. trus engko lek ana kancane sampean sing butuh aku tinggal telpon aku ae. aku biasane mangkal neng pangsud mulai jam 10
ha ....
uppsss... kasihan

Do u understand?

Saturday, 26 September 2009

Yang Tertinggal dari Mudik 2009

Ada beberapa catatan yang tercecer dari acara mudik tahun ini.

Yang pertama, sepengetahuanku terjadi pengurangan posko mudik dibandingkan tahun lalu. Biasanya di restoran sepanjang Saradan - Madiun banyak terdapat posko mudik gratis yang disediakan minuman berenergi ataupun mie instan. Tetapi tahun ini posko tersebut juga tidak ada.

Yang kedua, terjadi penurunan tim pemantau arus dari stasiun tivi-tivi. Sepertinya mereka hanya menyediakan mobil yang terus bergerak dan tidak membuka pos sementara di sepanjang jalan. Tahun lalu ada mobil wartawan SCTV di Mojoagung (rumah makan padang). Di pertigaan Mreweng, Kertosono juga tidak ada mobil stasiun tv terparkir. Sepertinya mereka mengandalkan kerjasama dengan polisi untuk memantau arus mudik dan balik.

Yang ketiga, penurunan jumlah penumpang dan jumlah bus. Walaupun bus tetap penuh tetapi tidak sepenuh 2 tahun lalu. Dan jarak pergerakan antar bus semakin jauh, sehingga saya memperkirakan juga terjadi penurunan jumlah bus. Terbalik dengan kondisi ini, terjadi kenaikan yang cukup signifikan dengan jumlah sepeda motor. Dan jarang terlihat sepeda motor butut, mungkin maksimal berumur 10 tahun.

Ada yang lain?

Wednesday, 23 September 2009

Tips Mudik Aman dan Nyaman

Tips mudik aman dan nyaman selama liburan lebaran:

1. Pastikan kondisi rumah dalam keadaan aman
Dengan memastikan rumah dalam keadaan aman, maka kita dapat meninggalkan dengan nyaman juga. Usahakan rumah tidak terlihat kosong. Hal-hal yang patut diperhatikan adalah:
- Tidak ada api yang menyala
- Tidak ada kipas angin yang menyala
- Cabut stop kontak pompa air
- Ganti lampu teras dengan lampu otomatis
- Bersihkan teras
- Cabut telepon
- Pamit kepada tetangga atau satpam jaga. Tinggalkan nomor telepon anda pada mereka

2. Pastikan kondisi tubuh dalam kondisi fit
Pastikan seluruh anggota keluarga dalam kondisi bugar. Apabila menggunakan kendaraan pribadi, maka pengemudi harus dalam kondisi fit. Dalam minggu terakhir puasa, makanlah makanan yang bergizi untuk mendukung kebugaran fisik untuk mudik. Karena biasanya minggu terakhir puasa, asupan gizi terabaikan karena fokus untuk persiapan mudik dan lebaran

3. Cek kendaraan
Bagi pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi, baik roda 2 atau lebih, cek kendaraan anda di bengkel langganan (tune-up komplit, rem, ban, wiper, radiator, tali kipas/AC, aki, dll). Serta pastikan tool kits tersedia lengkap di mobil (dongkrak, tali derek, ban serep, kotak P3K, segitiga pengaman, kunci roda palang, senter,dll).

4. Packing dengan benar
Barang-barang yang dibtuhkan selama perjalanan letakkan di urutan paling atas atau mudah terjangkau agar tidak perlu membongkar packing selama perjalanan.

5. Nomor dan info penting yang harus diketahui:
- Polisi
- Jasa Marga
- Derek
- SPBU terdekat
- Rest Area terdekat
- Restoran terdekat
- Rumah sakit terdekat
- Bengkel terdekat
- Rute alternatif
- Frekwensi radio pendukung info mudik
Biasanya nomor dan info penting di atas telah disediakan oleh operator telepon. Jadi catat juga nomor info sesuai dengan operator telepon anda.

6. Barang-barang yang harus tersedia selama perjalanan:
- Pakaian nyaman
- Makanan kaya serat
- Camilan kaya serat
- Minuman khususnya air putih
- Rute mudik dan jalur alternatifnya
- Uang tunai secukupnya. Manfaatkan ATM apabila diperlukan
- Air mentah untuk radiator atau membersihkan sesuatu
- Tisu basah dan kering
- Kaset/CD favorit
- Charger. Pastikan HP dalam kondisi terisi baterainya untuk memudahkan komunikasi dalam keadaan darurat

Semoga tips di atas berguna dan dapat membantu anda untuk mudik dengan aman dan nyaman. Diatas semua tips di atas, jangan lupa berdoa sebelum melakukan semuanya.
Selamat mudik

Mudik

Berdasarkan www.id.wikipedia.org, mudik adalah kegiatan perantau/ pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua. Tradisi mudik hanya ada di Indonesia. Akan tetapi berdasarkan Jawa Pos, 22 September 2009, Malaysia juga mengenal tradisi mudik pada hari Lebaran dengan nama Balik Kampung.
Sebagai seorang perantau, tiap tahun aku juga melakukan mudik dengan rute Surabaya - Malang - Ngawi - Surabaya. Selama perjalanan banyak hal menarik dan khas yang kutemui.

1. Acara mudik bareng
Kutemui mudik bareng Honda pada saat istirahat di rest area Mojokerto. Terlihat bapak2 dengan sepeda merk Honda berbagai tahun, dari yang behula sampe terbaru, melaju dengan kencang di belakang Foor Raider. Sepeda motor mereka tanpa terlihat adanya tentengan barang bawaan. Ternyata dibelakang rombongan tersebut, terdapat bus-bus yang terlihat mengangkut ibu2 dan anak2 serta pick up dengan tumpukan barang bawaan. Disamping menyediakan pelindung dada dan pengawalan polisi saat mudik, ternyata Honda juga menyediakan sarana servis, ambulance dan angkutan tersendiri bagi wanita dan anak2 serta barang bawaan mereka. Sesuatu penyediaan fasilitas yang aman bagi pemilik sepeda motor.

2. Sarana istirahat
Para pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi, baik roda 2 atau lebih, dapat menggunakan sarana istirahat yang disediakan produsen kendaraan bermotor, makanan, maupun operator telepon. Produsen kendaraan bermotor menyediakan servis gratis sesuai merk kendaraan masing2. Produsen makanan dan minuman menyediakan makanan dan minuman gratis juga sesuai produk mereka. Sedangkan operator telepon menyediakan tempat istirahat sejenak yang nyaman bagi pemudik. Disamping itu juga terdapat tempat istirahat gratis yang nyaman, yaitu di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU). Semakin besar SPBU, maka terlihat semakin banyak pemudik yang mampir untuk sekedar makan bekal yang di bawa, ke toilet, sembahyang, maupun hanya sekedar berjalan-jalan meluruskan kaki.

3. Sarana narsis bagi pemimpin daerah
Masih di rest area Mojokerto, terlihat baliho besar bergambar Gubernur dan Wagub Jawa Timur beserta istri masing-masing mengucapkan selamat Hari Raya Idhul Fitri. Baliho yang sama juga terlihat di By Pass Krian. Untuk daerah kabupaten yang akan mengadakan pilkada, seperti Jombang, Surabaya dan Ngawi, juga terlihat poster gede para calon peserta pilkada. Suatu usaha narsis dari para pemimpin/calon pemimpin daerah untuk mempublikasikan diri sendiri. Tolong jelaskan padaku apa manfaatnya dari pembuatan poster2 tersebut pada masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung. Cuma pemborosan uang rakyat bagi kepala daerah yang telah menjabat, karena kemungkinan besar biaya pengadaannya menggunakan APBD.

4. Degradasi lingkungan
Aku terlahir di sebuah desa dengan sungai yang mengalir deras di belakang rumah. Hutan di Kecamatan Kasembon dan Ngantang sudah gundul sejak 1998. Bekas hutan tersebut sudah berganti dengan ladang tanaman kopi atau jagung. Bayangkan kalau terjadi hujan deras, maka jalur transportasi akan putus karena tertutup longsoran. Gersang juga terasa di sepanjang hutan jati saradan. Disamping itu juga terlihat debit air sungai yang menyusut drastis di daerah asalku. Bahkan banyak sekali sungai di Ngawi yang tidak ada air sama sekali. Suatu kondisi yang memerlukan penanganan secara menyeluruh untuk mengembalikan air dan pepohonan seperti dulu.

5. Peralihan bahan bangunan permukiman perdesaan.
Sebagian besar masyarakat perdesaan di Ngawi adalah migran baik di Indonesia maupun di LN. Salah satu hasil dari migran tersebut adalah dengan membangun rumahnya. Dulu pada awal 90an, sebagian besar rumah di perdesaan Ngawi terbuat dari bahan papan kayu jati. Kondisi rumah yang mengharuskan untuk diperbaiki, maka mereka mengganti tembok papannya dengan pasangan bata baik plester maupun tanpa plester. Untuk kondisi sekarang, pasangan bata lebih murah dibandingkan dengan tembok papan jati, karena langkanya pohon jati. Jadi patut direvisi untuk pandangan umum, bahwa perdesaan identik dengan rumah semi permanen.

Friday, 28 August 2009

Peneleh Grave

Article by Aji Prarismawan
Translated by Andarita Rolalisasi

Peneleh grave is a burial complex that was built in 1814 and an area approximates about 4.5 ha. The grave was closed in 1955. Although the condition is now dilapidated but we can learn about the past from the detail of grave. There are many ornaments of tomb like gothic and doric, also the roman scluptures. The story of their lives who died can be found at the stone inscriptions cast iron or marble. One of them is tomb of the VOC company president.

Peneleh is one old part of Surabaya. The location which was formerly a area of territory of choice prince (pinilih), son of Wisnu Wardhana who was a king of Singosari royal. Prince was appointed leader of the area between the river of Pegirian and Kalimas. Besides that, Peneleh is one of history of Surabaya which place of the ancient mosque, the old settlement, the old hole grapes market, and the grave which is one of the oldest graves in East Java. Also the place of HOS Cokroaminoto house where Ir Soekarno lived during his school in Surabaya.

Firstly, place of Peneleh grave was hidden because located across the Kalimas river and among between kampung Peneleh and Lawang Seketeng where near Undaan forest. There were no available way and bridge to the grave. Closure of these locations opened since Peneleh bridge built in 1900's by Dutch. The mode of transportation to reach the grave was by boat. Bodies should be buried along Kalimas by boat and ended at the port which is now a grapes market. Then the corpse was taken to the cemetery by using horse-drawn carriage. The number of horses that pulled the cart shows the social status of body. Besides that, also there was crematory for not buried.

Sunday, 28 June 2009

Course in Shelter Design and Development 2006

Member of SDD 2006 organised by Housing Development and Management, Lund University under the sponsorship of the Swedish International Development Cooperation Agency.
19 April to 12 May 2006 in Lund, Sweden
and
6 to 17 Nopember 2006 in Johannesburg, South Africa

Friday, 26 June 2009

Menyusuri jejak masa lalu (makam tua peneleh)

Source article and photos: Aji Prarismawan on facebook, June 24, 2009, 9am
....................








Peneleh merupakan salah satu kawasan asli Kota Surabaya. Nama Peneleh lahir di zaman Kerajaan Singosari. Asal kata "peneleh" berasal dari lokasi ini yang dahulunya merupakan tempat bersemayamnya pangeran pilihan (pinilih), putra Wisnu Wardhana yang memiliki pangkat setara dengan bupati. Pangeran tersebut kemudian diangkat menjadi pemimpin di daerah yang berada antara Sungai Pegirian dan Kalimas ini. Kawasan Peneleh sendiri merupakan salah satu bagian sejarah Kota Surabaya karena di dalamnya memiliki beberapa peninggalan bersejarah diantaranya masjid kuno Peneleh, rumah HOS Cokroaminoto (tempat proklamator Ir. Soekarno tinggal pada saat beliau bersekolah), perkampungan tua, Pasar Peneleh (salah satu tempat di Jawa dimana saat itu buah anggur dapat dibeli) serta Makam Peneleh yang merupakan salah satu makam tertua di Jawa Timur.

Makam Peneleh, merupakan sebuah komplek pemakaman yang dibangun tahun 1814 dan menempati areal seluas 4,5 hektare. Meskipun kondisinya saat ini sangat kumuh dan memprihatinkan, namun masih menyisakan sisa-sisa eksotisme masa lalu. Banyak hal yang bisa digali di dalamnya. Detail ornamen berlanggam gothic dan doric, patung-patung berkarakter Romawi (meskipun sebagian besar sudah tidak dalam kondisi utuh) hanyalah sebagian kecil dari keindahan masa lalu yang masih bisa ditelusuri. Kisah hidup mereka yang meninggal bisa ditemukan di prasasti batu marmer ataupun besi cor. Makam salah seorang presiden perusahaan VOC yang memiliki papan dari pinus India merupakan salah satu di antaranya.

Beberapa jejak sejarah penting yang masih bisa ditelusuri antara lain, kuburan Gubernur Jenderal Pieter Merkus, satu-satunya pejabat tertinggi di Hindia Belanda yang dimakamkan di Peneleh. Gubernur Jenderal ini meninggalkan teka-teki di akhir hidupnya. Dia merupakan satu-satunya pejabat tertinggi negeri ini (saat itu) yang meninggal pada saat menjabat. Pilihannya untuk pindah ke Surabaya pada saat sakit masih menjadi tanda tanya. Pejabat ke 47 ini lahir di Naarden, 18 Maret 1787 dan meninggal pada 2 Agustus 1844 pada umur 57 tahun.

Prasasti di atas makam Merkus yang berusia hampir 170 tahun masih jelas terbaca. Prasasti tersebut berbahasa Belanda
yang jika diartikan berbunyi : Paduka yang mulia Pieter Merkus, komandan pasukan tempur Hindia, veteran perang
Prancis, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, memimpin tanah dan laut harapan Tuhan dan lain-lain. Beliau wafat di
Simpang Huis (Istana Simpang atau Grahadi) 2 Agustus 1844.

Menurut salah satu ahli waris pemuka Belanda yang dimakamkan di Peneleh itu, Rob van de Ven Renardel, keputusan Merkus di akhir hayatnya menimbulkan teka-teki di Sejarah Belanda. Merkus, kata Rob, yang saat itu tinggal di Batavia
memutuskan tinggal di Istana Bogor ketika sakit. “Namun ketika kesehatannya makin buruk dia memilih tinggal di Istana
Simpang di Surabaya,” kata Rob dalam Majalah Monsun, edisi 10 April 1999. Perjalanan di Batavia-Surabaya yang melelahkan hampir sepekan itu justru membuat sakitnya bertambah parah. Ada dugaan Merkus ingin beristirahat sehingga memilih kota panas. Namun ada pandangan lain yang menyakini bahwa Merkus disingkirkan dari kekuasaan dan diasingkan oleh Belanda karena dianggap tidak loyal.

Selain Merkus masih banyak tokoh-tokoh penting lain yang dimakamkan di sini seperti Pendeta pioner Ordo Yesuit di Surabaya, Martinus van den Elsen, yang berada di seberang pintu masuk. Makam puluhan biarawati Jalan Ursulin (Jl Darmo). Komandan perang Indochina, Neubronner van der Tuuk. Bahkan ada pula kuburan Rambaldo, orang pertama yang menjadi penerbang di Hindia. Makam arsitek Jembatan Porong, Ibrahim Simon Heels Berg hingga makam Wakil Kepala Mahkamah Agung, PJN de Perez.

Namun kondisi komplek pemakaman yang tidak terawat menimbulkan keprihatinan tersendiri. Sisa-sisa makam dan prasasti yang berserakan, lingkungan kumuh merupakan sedikit gambaran kondisi makam saat ini. Memang, kompleks ini merupakan makam orang-orang Belanda, namun apa yang ada di dalamnya merupakan sebuah bukti yang bisa menjadi benang merah sejarah keberadaan Kota Surabaya. Sebuah pekerjaan rumah bersama yang harus segera dicari solusinya oleh semua komponen masyarakat Surabaya.

Madura Trip

This was a second Madura trip of mine on June 2009. And till end on June, I went Madura three time. And I need once again to come for great experience at eastern of Madura Island. The colleagues and me will go around archipelago by boat or a traditional ship.

Source: facebook note of my friend, Arlene A. Gonzales.
..........................

When my friend earlier mentioned that she was willing for me to tag along on her trip to Madura, I was excited but a bit shy and unwilling to impose. To add to that some of my other friends were discouraging me or asking “why go to Madura?”. Finally, one day before the Suramadu bridge (from Surabaya to Madura) was to be inaugurated by the president, my friend fetched me early at the hotel. Her other colleague was meeting us at the hotel too. The day before, I bought a coolpak, bottled water, juices, biscuits and apples, plus some roti ayam (buns filled with chicken)from Holland Bakery as “baon” for the four of us (including the driver).As they were in a hurry to make it to a meeting, we didn’t have time to stop for breakfast. The air was still cool as we made it to the pier via the toll road, then onto the ferry or RORO for us. We got off the car to go up to the higher levels, while the driver “parked” the car at the lowest level.






There were a lot of interesting sights and sounds on the ferry, with motorcycle riders keeping watch on their bikes and their loads, sellers shouting “Kopi!Kopi!” with different brands of 3-in-1 coffee slung on their baskets together with thin disposable plastic cups. An array of snacks were being peddled, “lontong”, rectangular pieces of sticky rice with a chicken filling sandwiched in between and the whole thing wrapped in banana leaf and steamed, also a conical shaped rice cake akin to our “suman” whose name I forgot. We took a few pictures and enjoyed the view of the sea while watching the different kinds of people on board. Barely 30 minutes after we were already in Madura. We hurried down to the lowest floor where the car was parked and cruised on.
After finishing some business, we continued to go around the island primarily in Bangkalan, its capital. It was like going around the Philippine countryside with the ricefields, cornfields, fishponds. There were a lot of tamarind trees too. The only difference was that instead of thatched roofs or tin roofs the houses, no matter how small, had clay roof tiles on them. I was told that was because galvanized roofing was hard to come by while the clay roof tiles were a cottage industry. My friends took pictures along the way, as much as they possibly could, because it started to rain very hard. Interestingly, rain is “hujan”(with a silent “h”), which sounds like our own “ulan”.
I also noticed that there was a lot of construction of new houses going on. I was curious how come there were a lot of houses clustered together which had a courtyard in the middle. And there were a lot of mosques, big and smaller ones. I was told that parents have usually build a main house and when the children marry, they build more houses near the parents’ house with this kind of layout. Also, if there are several related families in a compound, they usually have or build a small mosque within the compound.
Thankfully the rain let up a little bit. Since we really didn’t have a proper sit-down breakfast, I think we got hungry by 11:30a.m. and we tried to find a place to eat. Since there were hardly any to choose from, my friends settled on a small restaurant which advertised their “gule kambing” on a tarpaulin. It was a no-frills place, but we were thankful for an opportunity to go to a restroom as well. Not being familiar with the food, I let my friends order and they ordered “gule daging sapi” and “sate daging sapi” (beef soup and beef barbecue on sticks),rice and “es the” or iced tea. The sate was a bit tough but well seasoned. The gule had a yellowish, flavorful broth , served with some “sambal” and a few slices of lime and generous chunks of beef meat.
After the meal we tried to find some batteries for the camera and my friends also asked around for the address of the batik makers. Tanjungbumi in Bangkalan is the center of batik making in this area. We were wondering where all the batik makers were as we wanted to watch the batik-making process. My friends told me that usually they would all be out and going about their activities. In one backyard, we saw a “red lady”, meaning her whole body down to her feet looked red, because she was at that time doing the coloring for the red dye in the fabrics. In another backyard we peeped in and saw a woman working with a fabric traced with a design and the hot wax in a small copper pot with an elongated spout for tracing the design in hot wax. We knocked on the door of a house further on in the compound, and it looked as if there was nobody or the people were having a siesta. After a while the door opened and we were ushered into the sala with glass cabinets full of batik. The lady of the house and her assistants proudly showed off their best batik “tulis” meaning handmade or hand printed using the traditional process. They were mostly in shades of brown with flora & fauna motifs though there were some in blue, green, red, orange. There were so many nice designs and I would have wanted to buy almost everything if money was no object. In the end, I settled for a few small table covers in maroon and dark blue, a blue, red and white sarong for myself, a blue monochromatic fabric which I was hoping to use for a formal skirt, and a bright orange cloth I wanted to have sewn into a table runner. In the flurry of choosing some fabrics, we didn’t notice that “Ibu”, our host, had thoughtfully placed three cups of “kopi susu” or coffee with milk on the center table so we drank them thankfully and paid for our batik bounty. We took a souvenir picture then said goodbye, hoping we could come back again at another time.



We continued on the journey back, but not without my friends taking their quota of pictures. We passed thru the seaside with a view of boats and the Suramadu bridge. We got down near the place where the Madura portion of the bridge started. There was a festiveness in the air, with people of all ages strolling around and looking down below at the street where a big white tent was being prepared presumably for the following day’s inauguration by the president. I could not understand their language but their faces and gestures shone with pride and excitement about this new development in their town and in their lives. They were probably proud that their president was coming and they have hope for a better life and a better future for their children.



The “lima kaki”(five legs) or sellers of food in carts were having a heyday, and my friend asked if I wanted to try the “bakso” or meatballs which here were pierced on sticks and you are given a choice of the “kecap manis”(thick sweet soy sauce) or the chili sauce. One of my friends took a stick and I tried one, too. Quiet a bargain for IDR 1,000 (about P4.00) for the 2 sticks.
We were quiet tired by the time we made it back to the pier to take the ferry. We went up to the top level and it was very cold I had to take out my shawl. We posed for a few pictures in the blustery wind, while listening to the afternoon prayers playing on the loudspeaker of another ferry. We decided to go down to the lower levels to get warm. My other friend kept on taking pictures on the way of the Suramadu and a statue of a hero. There were more vendors with their baskets selling “onde-onde” (like our buchi) and a host of other goodies, plus the kopi boys.





There was a long wait for the cars and other vehicles to get out of the ferry, and to add to that we hit rush hour traffic going back to Surabaya. It was already somewhat dark when I got back to the hotel, tired but thankful for another day of bonding with new friends and knowing more about their country, their people and their culture.

Tuesday, 19 May 2009

BERKELILING PULAU MADURA

Perjalanan mengelilingi Pulau Madura pertama kali selama 34 jam dengan rute:
ITS - Galaksi - Kamal - Tanjung Bumi - Pantai Slopeng - Sumenep - Pamekasan - Sampang - Pamekasan - Sumenep - Kampung Batik Madura Klapar Pamekasan - Sampang - Kamal - Perak - Benowo.



Kepulauan Madura terdiri dari satu pulau besar bernama Madura dan 127 pulau kecil baik berpenghuni maupun tidak. Sebagian besar pulau-pulau kecil tersebut terletak di Kabupaten Sumenep.

MAsjid Agung Sumenep merupakan salah satu tempat wisata religi di kawasan ini. Masjid ini terletak di tengah kota Sumenep (depan alun-alun kota). Hal ini mengingatkan pada bentuk kota di Jawa dimana alun-alun dikelilingi oleh pusat pemerintahan, pusat perekenomian, dan tempat ibadah.



Terlihat penumpang yang baru saja turun dari feri. Sepertinya mereka merupakan rombongan pengiring pengantin. Terlihat salah satu seserahan yang telah dihias dengan kertas warna-warni.

Perjalanan yang ketiga adalah mengelilingi Madura mulai dari Benowo - ITS - jembatan Suramadu - Sampang - Camplong - Pamekasan - Kampung Batik Klapar - Kalianget - Sumenep - Pantai Lombang - Pantai Slopeng - Tanjung Bumi - Bangkalan - jembatan Suramadu - ITS - Benowo. Perjalanan ditempuh selama 16 jam yang melelahkan.

Dari semua perjalanan di Madura yang pernah kulakukan, ada beberapa hal menarik yang patut didiskusikan lebih lanjut.
Pertama adalah infrastruktur transportasi. Secara umum sudah terdapat jalan yang mengelilingi pulau, akan tetapi terdapat perbedaan kondisi yang signifikan antara jalur selatan dan utara. Jalur selatan relatif lebih baik dibandingkan jalur utara. Padahal pemandangan laut di sepanjang utara begitu menakjubkan. Apalagi kalau dapat mengabadikan sunset dari perjalanan di jalur ini. Woow begitu menakjubkan. Sepertinya jalur yang mengelilingi pulau ini sudah ada sejak lebih dari satu abad lalu. Terdapat penanda pohon asam yang kira-kira telah berusia diatas 60 tahun. Pohon ini aku temui disepanjang jalur, baik pada jalan dengan kondisi bagus maupun jelek.
Apabila kita masuk Kota Bangkalan dari arah Kamal, akan menemui jalan kembar dimana pohon asamnya telah hilang. Sangat disayangkan sekali. Mengapa pohon tersebut tidak dipindahkan ke pinggir?

Sebagian besar bangunan permukiman yang kutemui merupakan bangunan baru dengan gaya adopsi luar negeri. Walaupun bangunan tersebut baru, akan tetapi memiliki kesamaan dengan kebiasaan dan bentuk rumah asal. Rumah tersebut pasti memiliki teras yang relatif luas dengan kursi dan meja untuk menerima tamu. Biasanya tamu laki-laki diterima di teras ini. Apabila tamu tersebut dengan perempuan, maka akan diterima di dalam rumah. Yang menarik bagiku adalah beragamnya bentuk dan jenis kursi dan meja yang ada di teras tersebut. Mulai dari sofa dari kain maupun kayu, kursi dan meja makan, maupun hanya deretan kursi-kursi.

Hal ketiga yang menarik adalah keberadaan kampung-kampung batik. Yang dimaksud kampung batik adalah sebuah perkampungan dimana mata pencaharian penduduknya adalah menggantungkan diri dari bisnis batik. Mulai dari proses penggambaran, membatik, mewarna, pemasaran, sampai dengan promosi. Kampung batik yang kukunjungi adalah Tanjung Bumi (Bangkalan) dan Klapar. Aku telah 3 kali ke kampung batik Klapar di Pamekasan. Motif batik Tanjung Bumi lebih besar bentuknya dibandingkan Klapar. Adapun harganya relatif sama.



Kondisi pasar Camplong (Sampang) dengan delman di depannya. Camplong terkenal dengan pantainya dan jambu air putih yang disebut jambu Camplong. Akan tetapi apabila kita membeli di supermarket di Surabaya disebut Jambu Madura.



Kondisi jalan dan lalu lintas di dekat alun-alun Kota Pamekasan.





Kondisi pelabuhan Kalianget (Sumenep). Pelabuhan ini melayani jalur perdagangan dan transportasi antar pulau di sekitar Sumenep maupun ke seluruh wilayah Indonesia. Terdapat feri yang melayani jalur Kalianget - Situbondo. Jalur ini ditempuh selama kurang lebih 2 jam.



Kondisi pantai selatan pulau Madura. Terdapat pohon bakau yang usianya masih relatif muda. Disamping itu terlihat tempat eksplorasi minyak di laut lepas.



Kondisi pantai utara pulau Madura dengan pasir putihnya. Akan tetapi secara keseluruhan tidak terdapat pasir putih disepanjang pantai pulau Madura. Hanya terdapat sebagian kecil pantai dengan pasir putih.



Suasana malam hari Jemabatan Suramadu arah Surabaya. Banyak terdapat penjual makanan di Kawasan Kaki Jembatan Suramadu (KKJS) baik sisi Madura dan Surabaya. Disamping itu terlihat orang menyeberang jalan di jembatan, sepeda atau mobil yang putar balik tidak pada tempatnya. Serta hal-hal lain di luar ketentuan yang berlaku di jalan tol.

Sunday, 17 May 2009

TIPOLOGI PARTISIPASI MASYARAKAT KELURAHAN SUKOLILO, KEC BULAK KOTA SURABAYA DALAM PERBAIKAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH

Dalam menyusun konsep partisipasi masyarakat dalam perbaikan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Sukolilo Kec Bulak Kota Surabaya maka diperlukan pengelompokkan/ klasifikasi partisipasi masyarakat. Kelompok/klasifikasi tersebut selanjutnya disebut tipologi partisipasi masyarakat Kelurahan Sukolilo dalam perbaikan kawasan permukiman kumuh. Sesuai dengan sintesa kajian pustaka, maka tipologi partisipasi masyarakat Kelurahan Sukolilo dalam perbaikan kawasan permukiman kumuh terdiri dari:
1. Karakteristik masyarakat Kelurahan Sukolilo
2. Partisipasi masyarakat Kelurahan Sukolilo dalam perbaikan kawasan permukiman kumuh
3. Hambatan pelaksanaan partisipasi masyarakat Kelurahan Sukolilo dalam perbaikan kawasan permukiman kumuh
4. Preferensi partisipasi masyarakat dalam perbaikan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Sukolilo.

Sehingga didapatkan 4 tipologi partisipasi masyarakat Kelurahan Sukolilo dalam perbaikan kawasan permukiman kumuh seperti dibawah ini.

A. Tipologi pertama
Yang termasuk dalam tipologi ini adalah seluruh masyarakat yang memiliki pekerjaaan sebagai nelayan dan guru yang tinggal di rumah milik sendiri. Bentuk partisipasi yang dilakukan adalah tenaga. Sedangkan preferensi bentuknya adalah tidak berpartipasi serta gabungan antara tenaga dan materi. Tingkat kedalaman partisipasi yang dilakukan sesuai dengan preferensinya, yaitu rendah. Masyarakat nelayan dan guru yang tinggal di rumah sendiri menyatakan bahwa faktor sosial dan pendidikan merupakan penghambat pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam perbaikan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Sukolilo. Disamping itu, nelayan dan guru yang tinggal di rumah milik sendiri menginginkan masyarakat menentukan sendiri segala keputusan yang berhubungan dengan perbaikan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Sukolilo, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan.
Tipologi ini menunjukkan bahwa masyarakat nelayan dan guru yang tinggal di rumah sendiri memiliki bentuk partisipasi yang menggambarkan kerjasama antar pihak dalam perbaikan kawasan permukiman kumuh. Disamping itu, preferensi bentuk partisipasi pada perencanaan masih menggambarkan bentuk semu. Akan tetapi preferensi bentuk partisipasi pada tahap pelaksanaan telah menggambarkan proses pemberdayaan. Hal ini diperkuat dengan preferensi pihak pengambil keputusannya adalah masyarakat sendiri. Perbedaan antara partisipasi yang dilakukan dengan preferensinya disebabkan oleh faktor sosial dan latar belakang pendidikan dari masyarakat itu sendiri. Walaupun sebenarnya preferensi kedalaman partisipasinya adalah rendah. Memperhatikan segala preferensi dan yang telah dilakukan oleh masyarakat tipologi ini, maka dapat disebutkan bahwa kedalaman partisipasi yang dilakukan adalah rendah atau partisipasi pasif, namun memiliki preferensi tingkat kedalaman yang tinggi atau partisipasi aktif.

B. Tipologi kedua

Masyarakat Kelurahan Sukolilo yang termasuk dalam tipologi partisipasi kedua ini adalah buruh, pengusaha swasta, dan karyawan yang tinggal di rumah sendiri. Bentuk partisipasi yang dilakukan adalah tenaga dan tidak berpartisipasi. Sedangkan preferensi bentuknya adalah tidak berpartipasi serta gabungan antara tenaga dan materi. Tingkat kedalaman partisipasi yang dilakukan sesuai dengan preferensinya, yaitu rendah. Hambatan pelaksanaan partisipasi masyarakat pada tipologi kedua ini adalah faktor sosial dan latar belakang pendidikan masyarakat. Preferensi pihak yang menentukan pada proses partisipasi adalah kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Peran pemerintah adalah untuk menyediakan dana dan mendampingi masyarakat dalam merumuskan program perbaikan kawasan permukiman kumuh. Sedangkan peran masyarakat adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan potensi yang ada di Kelurahan Sukolilo. Disamping itu masyarakat memiliki suara menentukan seluruh tahapan program.
Tipologi kedua ini menunjukkan bahwa buruh, pengusaha swasta, dan karyawan yang tinggal di rumah sendiri memiliki bentuk partisipasi yang menggambarkan antara bentuk semu dan kerjasama. Preferensi bentuk partisipasi pada tahap perencanaan menggambarkan bentuk semu. Sedangkan pada tahap pelaksanaan sudah menggambarkan proses pemberdayaan. Akan tetapi proses pemberdayaannya tidak sekuat pada tipologi pertama karena masih menginginkan keterlibatan pemerintah pada seluruh tahapan proses partisipasi masyarakat. Dapat dikatakan bahwa kedalaman partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat pada tipologi kedua adalah rendah atau partisipasi pasif. Namun preferensi partisipasi masyarakatnya adalah sedang atau partisipasi semu.

C. Tipologi ketiga
Masyarakat Kelurahan Sukolilo yang termasuk dalam tipologi partisipasi ketiga ini adalah buruh, pengusaha swasta, dan karyawan yang tinggal di rumah sewa dan menumpang. Bentuk partisipasi yang dilakukan adalah tenaga dan tidak berpartisipasi. Sedangkan preferensi bentuknya adalah tidak berpartipasi serta gabungan antara tenaga dan materi. Tingkat kedalaman partisipasi yang dilakukan adalah bervariasi mulai dari rendah sampai dengan sedang. Preferensi tingkat kedalaman partisipasinya adalah rendah. Sebagaimana pada tipologi sebelumnya, maka hambatan pelaksanaan partisipasi masyarakat pada tipologi ketiga ini juga faktor sosial dan latar belakang pendidikan masyarakat. Sesuai dengan preferensi pihak yang menentukan pada tipologi kedua, maka pada tipologi ini juga menginginkan kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat dalam proses perbaikan kawasan permukiman kumuh.
Tipologi ketiga ini menunjukkan bahwa buruh, pengusaha swasta, dan karyawan yang tinggal di rumah sewa dan menumpang memiliki bentuk partisipasi bervariasi yaitu mulai partisipasi yang menggambarkan bentuk semu sampai dengan praktik kerjasama. Preferensi bentuk partisipasi pada tahap perencanaan menggambarkan bentuk semu. Sedangkan pada tahap pelaksanaan sudah menggambarkan proses pemberdayaan. Sebagaimana pada tipologi kedua, maka proses pemberdayaan juga tidak kuat karena masih menginginkan keterlibatan pemerintah pada seluruh tahapan proses partisipasi masyarakat. Disamping itu dapat dikatakan juga bahwa kedalaman partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat pada tipologi ketiga adalah bervariasi antara rendah (partisipasi pasif) sampai dengan sedang (partisipasi semu). Namun preferensi partisipasi masyarakatnya adalah rendah atau partisipasi pasif.

D. Tipologi keempat
Masyarakat Kelurahan Sukolilo yang termasuk dalam tipologi partisipasi keempat adalah buruh, pengusaha swasta, karyawan dan guru yang tinggal di tanah sewa. Guru yang tinggal di rumah sewa dan menumpang juga termasuk dalam tipologi ini. Bentuk partisipasi yang dilakukan adalah tenaga. Sedangkan preferensi bentuknya adalah tidak berpartipasi serta gabungan antara tenaga dan materi. Tingkat kedalaman partisipasi yang dilakukan adalah bervariasi mulai dari rendah sampai dengan sedang. Preferensi tingkat kedalaman partisipasinya adalah sedang. Hambatan pelaksanaan partisipasi masyarakat pada tipologi keempat ini adalah faktor kondisi perekonomian masyarakat, sosial kehidupannya serta latar belakang pendidikan masyarakat. Disamping itu, masyarakat tipologi keempat ini menginginkan masyarakat menentukan sendiri segala keputusan yang berhubungan dengan perbaikan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Sukolilo, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan.
Tipologi partisipasi keempat ini menunjukkan bahwa masyarakatnya telah memiliki bentuk partisipasi yang menggambarkan kerjasama antar pihak dalam perbaikan kawasan permukiman kumuh. Disamping itu, preferensi bentuk partisipasi pada perencanaan masih menggambarkan bentuk semu. Akan tetapi preferensi bentuk partisipasi pada tahap pelaksanaan telah menggambarkan proses pemberdayaan. Hal ini diperkuat dengan preferensi pihak pengambil keputusannya adalah masyarakat sendiri. Faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan partisipasi sehingga terdapat perbedaan antara partisipasi yang dilakukan dengan preferensinya adalah kondisi sosial, ekonomi, dan latar belakang pendidikan. Memperhatikan segala preferensi dan yang telah dilakukan oleh masyarakat tipologi keempat ini, maka dapat disebutkan bahwa kedalaman partisipasi yang dilakukan adalah bervariasi mulai dari rendah (partisipasi pasif) sampai dengan sedang (partisipasi semu), namun memiliki preferensi tingkat kedalaman sedang (partisipasi semu).

KATA PENGANTAR

POST INI MERUPAKAN KATA PENGANTAR PADA TESIS KU DENGAN JUDUL:
KONSEP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERBAIKAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI KELURAHAN SUKOLILO KECAMATAN BULAK KOTA SURABAYA

Penelitian ini merupakan bagian akhir dari sebuah proses panjang untuk menyelesaikan pendidikan magister di bidang Manajemen Pembangunan Kota Program Pascasarjana Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Seluruh proses penelitian dan penulisan ini dapat terjadi hanya karena ketetapan dan ridho Allah SWT semata. Puji syukur ke hadirat-Nya atas segala kenikmatan dan anugrah yang telah dicurahkan sampai dengan saat ini sehingga semua kerikil dan rintangan teratasi.

Proses penelitian ini merupakan sebuah jalan panjang yang ditempuh selama 8 bulan antara Agustus 2008 sampai dengan April 2009. Dalam rentang waktu tersebut, penulis menjumpai banyak pihak yang berperan membantu untuk menyelesaikan penelitian ini. Penulis dapat diibaratkan hanyalah sebuah noktah di dalam sebuah kosmos apabila tanpa peran mereka yang membanggakan. Dengan tanpa mengurangi rasa hormat, penulis ingin menyampaikan terimakasih dari lubuk hati paling dalam kepada:

1. Yth keluarga besar saya - orang tua, mertua, adik, ipar, sepupu serta keluarga yang lain. Terimakasih tak terhingga atas kasih sayang, perhatian dan doa-doanya. Saya bangga dan bahagia menjadi bagian keluarga ini.

2. Yth Bapak Ir. Ispurwono Soemarno, MArch, PhD dan Bapak Putu Gde Ariastita, ST, MT. Terimakasih dari hati terdalam atas kesediaan meluangkan waktu untuk membaca dengan teliti berkas penelitian serta mencermati, mengkritisi, dan memberi masukan pada proses penelitian dan penyusunan tesis ini sebagai pembimbing.

3. Yth Ibu Dr Ir Rima Dewi Supriharjo, MIP, Bapak Ir Sardjito, MT, dan Ibu Dr Eng Ir Sri Nastiti NE, MT. Terimakasih atas kesediaan untuk menguji dan mengkritisi guna kesempurnaan tesis ini sebagai penguji. Disamping itu juga disampaikan terimakasih kepada Yth Ibu Ima Defiana ST, MT yang bersedia sebagai penguji pada sidang proposal dan preview tesis pertama.

4. Yth Dr. Ir. Haryo Sulistyarso. Terimakasih atas wawasan dan wacananya selama masa perkuliahan selaku dosen wali.

5. Yth Ir. Muhammad Faqih MSA, PhD. Terimakasih atas pengaturan sistem selama masa perkuliahan selaku Kaprodi Pascasarjana Arsitektur

6. Yth seluruh dosen Arsitektur dan Manajemen Pembangunan Kota. Terimakasih atas ruang dan kesempatan untuk mengecap dan membentuk atmosfir akademis. Tak lupa terucap terimakasih kepada para staf dan karyawan di kedua jurusan tersebut untuk mewujudkan atmosfir akademis tersebut.

7. Yth seluruh dosen, staf, dan peneliti di Laboratorium Perumahan dan Permukiman Jurusan Arsitektur ITS. Terimakasih yang tulus atas dukungan materi, sarana, prasarana, dan waktu hingga terselesaikannya penelitian ini. Disamping itu juga terimakasih yang mendalam untuk Bapak Ir. Hasian Siregar, MT selaku Direksi CV Etika Prana. Terimakasih atas kesediaannya mengeluarkan surat rekomendasi saat pendaftaran
kuliah ini.

8. Yth seluruh responden dan stakeholder yang berpengaruh dalam penelitian ini. Masyarakat Kelurahan Sukolilo, para Ketua RT dan RW, Ketua BKM, Pak Lurah Sukolilo dan staf, Pelaksana Teknis NUSSP, Sub dan Dinas Permukiman Tata Kota Surabaya, Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya. Terimakasih atas sumbangan data, opini dan pendapatnya sehingga penulis dapat memenuhi kecukupan data pada penelitian ini. Penulis memperoleh kesempatan yang membanggakan dalam meneliti partisipasi masyarakat di wilayah ini.

9. Yth Departemen Pendidikan Nasional melalui Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri. Dimana memberikan kesempatan pembiayaan Program Beasiswa Unggulan guna menyelesaikan pendidikan pada Program Pascasarjana Arsitektur bidang Manajemen Pembangunan Kota, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (Berdasarkan DIPA Sekretariat
Jenderal Departemen Pendidikan Nasional Periode Anggaran September 2007 sampai Pebruari 2009).

10. Yth Ema Umilia, ST. Terimakasih yang tak terhingga atas bantuannya untuk menyederhanakan bahasa penelitian yang rumit dan berbeda akibat latar belakang yang telah terbentuk sebelumnya.

11. Yth Teman-teman MPK angkatan 20007, baik penerima maupun tidak penerima Beasiswa Unggulan Depdiknas (Batch 3). Widya, Sukma, Son, Dee, Alies, Yayak, Erika, Pak Kunc, Ageng, Arief, Pak Sad, Pak Cam, Pak Fajar, Unik, Nining, Rutjah, Nopie, Arofah, dan Reeta. Terimakasih atas suasana, semangat, kekerabatan, dan segala memori yang membekas selama bersama melalui proses ini. Semoga ilmu yang diperoleh memberi manfaat bagi kehidupan.

12. Terimakasih tak terhingga buat segala sesuatu yang telah dan akan menjadi inspirasi serta warna dalam kehidupan penulis.

13. Ungkapan terakhir adalah terimakasih yang tak terhingga serta hormat mendalam bagi seseorang yang selama hampir dua pertiga hidupku selalu berdiri disampingku. Yth suamiku, Soeyono. Terimakasih atas segala pengertian dan toleransi yang mendalam atas segala kegiatan dan kesibukanku selama ini. Akan menjadi lebih berarti beriringan dengan dengan dirimu. Juga ungkapan sayang tak terhingga buat kedua buah hati kami, Dadan Giri Prayudha (alm) dan Tika Arining Wardhani (alm). Terimakasih telah bersedia mampir walau sebentar guna menggoreskan kuas warna pelangi kehidupan.

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, penulis hanyalah sebuah noktah yang jauh dari kesempurnaan pada sebuah sistem. Demikian juga yang terjadi pada tesis ini yaitu jauh dari kesempurnaan yang berjalan beriringan sesuai dengan ketidaksempurnaan penulis. Dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik serta saran guna menyempurnakan tesis ini.

Akhirnya, segala kekurangan dan ketidaksempurnaan proses serta hasil penelitian ini adalah tanggung jawab penulis. Namun apabila dikemudian hari ditemukan sebuah kebenaran dalam tesis ini hanya semata ridho Allah SWT sang Maha Sempurna. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kehidupan dan penghidupan umat manusia. Terimakasih.

Surabaya, April 2009
Penulis
Andarita Rolalisasi
3207 205 707

The Great of Lombok


Kesan kunjungan pertama ku ke Lombok adalah ramah.Aku mendapatkan keramahan dari pemilik hotel, responden, sampai dengan penjual kue.


Kami tinggal di Hotel Ratih Jl. Pejanggik. Jalan ini termasuk down town nya Mataram. Kita gampang untuk mencari makanan dan oleh-oleh disini. Mulai dari kelas cafe sampai dengan warung tenda. RM Kania 1 merupakan tempat makan yang dapat direkomendasikan. Disamping itu kita juga dapat menjumpai beberapa oleh-oleh khas Mataram di sini. Mulai dari dodol rumput laut, telur asin, sampai beberapa jenis kue. Ayam taliwang dan cah kangkungnya juga enak. Didepan hotel juga terdapat penjual kain tenun dan mutiara.





Tetapi yang mengganggu adalah sikap para penjual asongan di pantai, baik pantai Kuta maupun pantai Aan. Mereka menjual kain tenun, kaos, pasir, maupun asesoris. Harga penawaran pertama kain tenun 100 ribu/3pcs. Sampe akhirnya mereka menurunkan sendiri harga tanpa ditawar menjadi 20 ribu/pcs. Tapi emang dari awal gak pingin beli jadinya yo gak beli. Begitu tahu kita masuk mobil tanpa membeli mereka mengatakan kita pelit. Lha... piye to...emang gak tertarik mo gimana lagi.
Yang aku beli di pantai Koeta adalah asesoris seharga 5000/pcs. Karena suka ya beli dua. salah satunya ini nih..
Keramahan penduduknya belum aku temui di tempat lainnya.Jadi target 200 responden oleh 2 surveyor utama selama 2.5 hari dapat terpeuhi. Hal ini tidak dapat tercapai tanpa adanya sikap terbuka responden. Greatful for all respondent. Penghalangnya hanya kondisi cuaca yang sangat panas terus tiba-tiba berganti menjadi hujan, walaupun hanya rintik-rintik.
Sasaran survei pertama adalah kampung Mojok. Disini kita dipandu oleh bu Ani, seorang kader posyandu. Thankful for her. Penghuni kampung Mojok kurang lebih 800 KK. Kondisi permukimannya sangat padat khas urban, walau sebenarnya jumlah penduduk Mataram hanya 356 ribu atau 10%nya Surabaya.




Tuesday, 12 May 2009

RENUNGAN

THIS POST FROM THE EMAIL OF MY FRIEND

“Don’t be encumbered by history, just go out and do something
wonderfull”
(Robert Noyce)
Jangan terbelenggu oleh masa lalu, keluarlah dan lakukan sesuatu yang
menyenangkan.

Saya belajar,
bahwa saya tidak dapat memaksa orang lain mencintai saya. Saya
hanya dapat melakukan sesuatu untuk orang yang saya cintai.

Saya belajar,
bahwa butuh bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan dan
hanya beberapa detik saja untuk menghancurkannya.

Saya belajar,
bahwa orang yang saya kira adalah orang yang jahat, justru
adalah orang yang membangkitkan semangat hidup saya kembali serta
orang yang begitu perhatian kepada saya

Saya belajar,
bahwa sebaik-baik pasangan itu, mereka pasti pernah melukai
perasaan saya dan untuk itu saya harus memaafkannya

Saya belajar,
bahwa saya harus belajar memaafkan diri sendiri dan orang
lain........ , klo tidak mau dikuasai perasaan bersalah terus
menerus.....

Saya belajar,
bahwa saya tidak dapat merubah orang yang saya sayangi, tapi
semua itu bergantung pada diri mereka sendiri..... ....

Saya belajar,
bahwa lingkungan dapat mempengaruhi pribadi saya, tapi saya
harus bertanggung jawab atas apa yang telah saya lakukan..... ..

Saya belajar,
bahwa dua manusia dapat melihat sebuah benda, tapi kadang
dari sudut pandang yang berbeda..... ..

Saya belajar,
bahwa tidaklah penting apa yang saya miliki, tapi yang penting
siapa saya ini sebenarnya.. . ..

Saya belajar,
bahwa tidak ada yang instant atau serba cepat di dunia ini,
semua butuh proses dan pertumbuhan, kecuali saya ingin sakit
hati........ . .....

Saya belajar,
bahwa saya harus memilih apakah menguasai sikap dan emosi atau
sikap dan emosi itu yang menguasai diri saya....

Saya belajar,
bahwa saya punya hak untuk marah, tetapi bukan berarti saya
harus benci dan berlaku bengis....

Saya belajar,
bahwa orang-orang yang saya kasihi sering diambil segera dari
kehidupan saya...

Saya belajar,
bahwa sahabat terbaik bersama saya dapat melakukan banyak hal
dan kami selalu memiliki waktu terbaik...

Saya belajar,
bahwa persahabatan sejati tumbuh walaupun dipisahkan oleh
jarak yang jauh...
Dan beberapa diantara nya melahirkan cinta sejati....

Selamat belajar,
Love doesn't make the world go around
Love is what makes the ride worth whild.

Thursday, 9 April 2009

PERMUKIMAN SEPANJANG DAS BENGAWAN SOLO DI KANOR, BOJONEGORO

Kecamatan Kanor merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Bojonegoro yang terdampak banjir sangat parah. Permukiman di wilayah ini membentuk kluster-kluster perdesaan. Sebagian besar pekerjaan masyarakatnya adalah sebagai petani. Kehidupan masyarakat sangat tergantung pada Sungai Bengawan Solo, baik sebagai sumber air irigasi, perikanan, sumber tambang pasir, dan lain-lain. Kenaikan level air Sungai Bengawan Solo sangat cepat, bahkan terkadang dalam waktu 1 jam sudah lebih tinggi 1 meter dibandingkan sebelumnya.





Sumber: Hasil Survey Maret 2008

Kondisi sebagian besar rumah di sepanjang DAS Bengawan Solo (Kec. Kanor) adalah sbb:
- dinding: bata tanpa plester atau dari bambu.
- lantai: tanah.
- atap: genteng.
- ketinggian lantai: hampir sejajar dengan permukaan air sungai.
Ketinggian lantai permukiman di Kecamatan Kanor hampir sama dengan ketinggian air sungai pada saat banjir normal. Jadi apabila terjadi banjir bandang maka akan cepat masuk ke rumah warga sekitarnya.


Sumber: Hasil Survey Maret 2008

Permukiman di Kec. Kanor yang lokasinya di dekat DAS Bengawan Solo.
Dari gambar di samping terlihat bahwa banyak rumah penduduk yang lokasinya melebihi batas Daerah Aliran Sungai (yang harusnya bebas bangunan).
DAS Bengawan Solo memiliki karakteristik yang sangat khas dalam delineasi wilayahnya, yaitu tidak bisa diukur secara pasti dari waktu ke waktu. Derasnya arus mengakibatkan pengikisan tajam di salah satu sisinya, sedangkan dalam waktu yang bersamaan di sisi lainnya, terjadi sedimentasi. Hal ini mengakibatkan banyak penduduk yang kehilangan tanahnya sedangkan di sisi lainnya terdapat penduduk yang mendapatkan tanah garapan baru akibat sedimentasi.

KEJADIAN BENCANA BANJIR

Kejadian bencana banjir tanggal 29-31 Desember 2007 merupakan kejadian banjir terbesar di Kabupaten Bojonegoro. Bencana tersebut melanda 149 desa di 15 (lima belas) wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Bojonegoro, Kapas, Balen, Sumberejo, Kanor, Baureno, Ngraho, Margomulyo, Padangan, Purwosari, Kasiman, Malo, Kalitidu, Trucuk, Semabung. Kawasan tersebut terletak di sepanjang DAS Bengawan Solo khususnya bagian utara DAS. Bagian utara tersebut relatif lebih rendah dibandingkan bagian sebelah selatan. Banjir ini diperparah karena bersamaan dengan kondisi air laut pasang setinggi 2 (dua) meter sehingga memperlambat aliran air ke laut. Banjir masih terjadi sampai dengan Maret 2008 atau seiring dengan masuk ke musim kemarau.

Daerah rawan banjir di Kabupaten Bojonegoro adalah Kecamatan Balen, Baureno, Bojonegoro, Dander, Kalitidu, Kanor, Kapas, Kasiman, Kepohbaru, Malo, Margomulyo, Ngasem, Ngraho, Padangan, Purwosari, Sugihwaras, Sumberejo, dan Trucuk. Dampak kerugian terhadap permukiman adalah 177 rumah hancur total, 3.369 rusak sedang dan 33.218 rusak ringan. Jalur transportasi Bojonegoro-Cepu lumpuh, jalan raya maupun rel KA terendam. Ruas jalan dalam kota dengan tingkat kerusakan 5% s/d 80% sepanjang 47,076 km, dan jalan poros kabupaten sepanjang 92,2 km serta jalan poros desa sepanjang puluhan km mengalami kerusakan total 100%.

Banjir yang berjalan kurang lebih 4 bulan (Desember 2007 – Maret 2008) mengganggu perekonomian Kabupaten Bojonegoro. Berdasarkan www.pu.go.id, 1 Agustus 2008, kerugian yang ditimbulkan mencapai 600 M rupiah yang terdiri dari kerusakan di bidang infrastruktur, permukiman, ekonomi, dan lain-lain. Pengungsi mencapai hampir mencapai 200 ribu jiwa yang ditampung di fasilitas umum seperti sekolah dan fasilitas ibadah.


Sumber: Hasil survei Maret 2008
Debit air sungai DAS Bengawan Solo di Kec. Kanor pada saat mendapat banjir kiriman (Maret 2008). Tampak air meluap menggenangi lahan permukiman di sepanjang DAS.
Akibat sulitnya delineasi DAS Bengawan Solo, terdapat permukiman di salah satu sisi DAS Bengawan Solo yang berada makin dekat dengan bibir sungai. Apabila air sungai meluap akan mudah mencapai permukiman di sekitarnya. Vegetasi disepanjang bantaran adalah vegetasi akar serabut, seperti misalnya bambu, tanaman pekarangan warga, dan lain-lain.

Debit air sungai yang cukup tinggi di DAS Bengawan Solo di Kec. Kanor pada saat mendapat banjir kiriman (Maret 2008). Tampak saluran air yang airnya mengalir dari Sungai Bengawan Solo ke arah permukiman penduduk (bukan sebaliknya).
Terdapat perbedaan yang signifikan antara level air saat banjir di musim hujan dengan di musim kemarau seperti yang terlihat pada gambar 2.6 di bawah ini. Level sungai pada musim kemarau + 5-6 meter dari bagian atas lereng sungai. Pada musim hujan air mengalir ke permukiman sampai hampir 400 m dari bibir sungai. Permukiman penduduk di sekitar sungai terletak sekitar 1,5 meter, yang berupa jalan setapak, dari bibir DAS Bengawan Solo.


Sumber: Hasil survei Agustus 2008
Permukiman penduduk yang terletak di sempadan sungai Bengawan Solo. Level sungai + 5-6 meter dari permukaan jalan di samping DAS Bengawan Solo.
Permukiman penduduk sebagian besar merupakan bangunan semi permanen yang terbuat dari anyaman bambu, lantai tanah, dan beratapkan genteng. Pola permukiman menyebar tidak sesuai dengan pola jalan setapak yang ada. Terdapat jarak yang cukup antar rumah sebagai sirkulasi, baik manusia, barang maupun angin dan pencahayaan.